AS akan Jual Rudal Udara-ke-Darat kepada Taiwan 

Jet tempur F-16 milik Taiwan dalam latihan militer tahunan Han Kuang di Chiayi, Taiwan, 16 September 2014.

Pemerintah Amerika Serikat (AS), Rabu (21/10), mengumumkan persetujuannya untuk menjual rudal canggih dari udara-ke-darat senilai $1 miliar kepada Taiwan ketika pulau itu meningkatkan pertahanannya terhadap ancaman dari China.

Departemen Luar Negeri mengatakan telah setuju untuk menjual 135 rudal AGM-84H SLAM-ER - rudal dengan ketepatan jelajah yang diluncurkan dari udara dan peralatan terkait.

Turut disetujui pula, penjualan enam alat pengintai MS-110 untuk pengintaian udara, dan 11 peluncur roket ringan M142, sehingga nilai tiga paket senjata itu menjadi $ 1,8 miliar.

Rudal SLAM-ER akan membantu Taiwan "menghadapi ancaman saat ini dan di masa depan karena menyediakan kemampuan serang dengan tepat pada segala cuaca, siang dan malam terhadap target bergerak dan tidak bergerak" di permukaan darat atau laut," kata sebuah pernyataan.

China yang menganggap Taiwan sebagai provinsi pemberontak, telah meningkatkan tekanan pada pulau itu selama setahun terakhir, mengirim pesawat penyerang dan pengintai ke wilayah udaranya dan kapal-kapal di dekat perairannya.

Pekan lalu, Beijing merilis video latihan militer yang mensimulasikan invasi ke wilayah seperti Taiwan yang menampilkan serangan rudal dan pendaratan amfibi.

Sementara Taiwan selama beberapa dekade bergantung pada jaminan keamanan implisit AS dan Washington telah mendesak Taiwan untuk memperkuat kemampuannya sendiri guna menahan serangan.

Namun, AS juga ingin Taiwan meningkatkan persenjataannya.

"Apakah itu pendaratan amfibi, serangan rudal, operasi tipe zona samar, mereka benar-benar perlu memperkuat diri mereka sendiri," kata penasihat keamanan nasional Robert O'Brien pekan lalu.

"Taiwan perlu mulai meninjau beberapa strategi penyangkalan daerah asimetris dan anti-akses dan benar-benar memperkuat dirinya dengan cara yang akan menghalangi China melakukan segala jenis invasi amfibi atau bahkan operasi zona yang tidak jelas terhadap mereka," kata O'Brien.

Penjualan yang diumumkan, Rabu (21/10), tidak termasuk drone tempur MQ9 Reaper, yang dilaporkan diminta Taiwan. [my/ft]