Militer Amerika Serikat berencana untuk mendirikan pusat pelatihan di Eropa untuk melatih sekutu NATO cara mengoperasikan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi atau HIMARS, kata seorang jenderal AS kepada VOA, di tengah meningkatnya permintaan untuk sistem tersebut di Eropa timur, menyusul keberhasilan penggunaan senjata tersebut di Ukraina.
“Kami masih dalam tahap awal, namun ini akan menjadi topik di mana kami mungkin akan menarik beberapa negara ke satu lokasi,” kata Komandan Korps V Letnan Jenderal John Kolasheski yang bertanggung jawab atas operasi Angkatan Darat AS kepada VOA pada Selasa (7/2) malam.
Berita itu muncul ketika Departemen Luar Negeri pada Selasa menyetujui penjualan 18 peluncur HIMARS ke Polandia, bersama dengan ratusan Sistem Roket Berpeluncur ganda yang dipandu dan puluhan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat. Pemerintah Polandia mengajukan permintaan tersebut dalam transaksi yang bernilai sekitar $10 miliar.
Your browser doesn’t support HTML5
Rencana program HIMARS tersebut akan tersedia bagi negara-negara anggota NATO yang telah mendapatkan persetujuan untuk membeli sistem artileri jarak jauh. Negara-negara tersebut termasuk di dalamnya adalah Estonia, Polandia dan Rumania.
"Mereka (NATO) melihat kebrutalan yang terjadi di Ukraina, dan ada semacam desakan dan juga kepentingan di mana semua 30 anggota NATO menyepakati sebuah sistem pertahanan yang efektif bagi NATO," ujar Kolasheski.
Menteri Pertahanan Estonia Hanno Pevkur mengatakan kepada VOA pada minggu ini bahwa, "salah satu pelajaran" dari perang di Ukraina adalah "sistem artileri jarak jauh menjadi sangat penting." HIMARS sendiri diketahui telah disebut sebagai penentu dalam membalikan momentum dalam perang di Ukraina. [ps/rs]