Upaya Korea Utara yang tak tergoyahkan untuk memiliki senjata nuklir telah membuat sekutu maupun musuh negara itu mempertimbangkan kembali strategi mereka untuk mempertahankan perdamaian dan keamanan kawasan.
Pada Kamis (6/10), media Korea Utara mengecam kebijakan Presiden Barack Obama, termasuk memberlakukan pengucilan dan peningkatan sanksi ekonomi guna menekan pemerintahan Kim Jong-un untuk menghentikan program nuklirnya serta setuju memulai kembali pembicaraan pelucutan senjata nuklir.
“Kebijakan ini telah menyebabkan kami meningkatkan kemampuan persenjataan nuklir kami dan menjadi negara kekuatan nuklir yang meyakinkan yang dilengkapi kemampuan melakukan serangan nuklir yang paling kuat,” kata penyiar TV pemerintah Korea Utara.
Hari Jumat, 38 North, sebuah kelompok yang memantau kegiatan nuklir Korea Utara lewat pemotretan satelit, mengatakan, saat ini ada kegiatan di ketiga kompleks terowongan di lokasi uji nuklir Punggye-ri, serta melibatkan sejumlah besar kendaraan dan personel.
Analis dari kelompok ini yang berafiliasi dengan School of Advanced International Studies, Johns Hopkins University, berspekulasi bahwa peningkatan kegiatan ini menunjukkan persiapan untuk uji coba nuklir baru, atau ini juga bisa berupa pekerjaan lanjutan dari uji terakhir, yang dilakukan pada 9 September lalu.
Selain melakukan dua uji coba nuklir tahun ini, Pyongyang juga telah memajukan kemampuan misil balistiknya baik berupa peluncuran dari kapal selam maupun dari daratan lewat berbagai peluncuran dalam enam bulan terakhir.
China telah mencoba menyeimbangkan sikap penolakan terhadap program nuklir Korea Utara dan mempertahankan kekuasaan Kim yang otoriter sebagi zona penyangga yang stabil untuk melawan pengaruh regional AS dan sekutunya Korea Selatan.
Meski Beijing tidak siap mengabaikan Pyongyang, analis mengatakan bahwa China menyadari situasi di Semenanjung Korea semakin berbahaya. [jm/hd]