Kerja sama antara badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan badan antariksa China dilarang oleh Kongres pada tahun 2011. Namun, banyak petunjuk yang muncul tentang kemungkinan perubahan kebijakan tersebut.
WASHINGTON —
Pejabat eksplorasi luar angkasa dari lebih dari 30 negara bertemu di Washington, D.C. baru-baru ini untuk berdiskusi tentang cara-cara untuk meningkatkan eksplorasi dan penggunaan luar angkasa. Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri Amerika Serikat yang untuk pertama kali mengundang pejabat dari badan antariksa China, menggarisbawahi kemungkinan kerja sama dalam eksplorasi luar angkasa.
Kerja sama antara badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan badan antariksa China dilarang oleh Kongres pada tahun 2011. Namun, banyak petunjuk yang muncul tentang kemungkinan perubahan kebijakan tersebut.
Pada Forum Eksplorasi Antariksa Internasional, yang berlangsung pada 9 Januari, Wakil Menteri Luar Negeri William Burns mengajak semua negara untuk ikut berpartisipasi dalam ekslporasi luar angkasa.
“Sekarang saatnya untuk bersama-sama menjadikan eksplorasi luar angkasa sebagai prioritas global bersama, untuk mengungkap misteri alam semesta, dan untuk mempercepat kemajuan manusia di Bumi,” ujar Burns.
Xu Dazhe, kepala Administrasi Antariksa Nasional China, menghadiri pertemuan tersebut. China Daily mengutip Dazhe dan mengatakan partisipasinya adalah sinyal bahwa China mau bekerja sama dengan negara lain untuk mengeksplorasi luar angkasa.
Scott Pace, yang mengepalai Space Policy Institute dan seorang professor hubungan internasional di George Washington University, mengatakan China khusus diundang untuk menjadi bagian dari diskusi dunia, tapi ia memperingatkan agar tidak terlalu optimis.
“Belum ada terobosan politis yang bisa mengarah pada aktivitas kerja sama yang besar, simbolik dan langsung. Tapi ada beberapa kesempatan kecil yang menurut saya bisa dan harus kita kejar,” kata Pace.
Pace menggarisbawahi bahwa sepanjang perang dingin, Amerika Serikat bekerja sama dengan Uni Sovyet dalam beberapa aspek eksplorasi.
“Kerja sama tersebut dalam bidang ilmiah yang sangat spesifik: ilmu bumi, fisika matahari, beberapa data biometrik. Dan saya pikir tingkat kerja sama yang sama juga bisa dilakukan dengan China sekarang, dan mungkin memang seharusnya dilakukan,” lanjut Pace.
Negara-negara yang tidak banyak diasosiasikan dengan eksplorasi luar angkasa juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut seperti like Brazil, Arab Saudi dan Nigeria.
Pace mengatakan banyak negara yang menggunakan luar angkasa untuk keperluan praktis, seperti navigasi atau komunikasi, tapi mereka bisa lebih ambisius.
“Tampaknya bulan, menurut saya, menjadi fokus teknis bersama, karena memberikan kesempatan bagi negara dengan tingkat perkembangan luar angkasa yang berbeda-beda - dari sangat canggih sampai yang paling sederhana,” kata Pace.
Karena Stasiun Luar Angkasa adalah fasilitas internasional dan masa operasionalnya diperpanjang sampai 2024, Pace mengatakan China mungkin diundang untuk berpartisipasi dalam eksperimen.
Tempat berikutnya yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk bekerja sama dengan China adalah bulan, karena misi ke Mars atau asteroid terlalu sulit dan mahal, bahkan untuk Amerika Serikat dan Rusia.
Kerja sama antara badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan badan antariksa China dilarang oleh Kongres pada tahun 2011. Namun, banyak petunjuk yang muncul tentang kemungkinan perubahan kebijakan tersebut.
Pada Forum Eksplorasi Antariksa Internasional, yang berlangsung pada 9 Januari, Wakil Menteri Luar Negeri William Burns mengajak semua negara untuk ikut berpartisipasi dalam ekslporasi luar angkasa.
“Sekarang saatnya untuk bersama-sama menjadikan eksplorasi luar angkasa sebagai prioritas global bersama, untuk mengungkap misteri alam semesta, dan untuk mempercepat kemajuan manusia di Bumi,” ujar Burns.
Xu Dazhe, kepala Administrasi Antariksa Nasional China, menghadiri pertemuan tersebut. China Daily mengutip Dazhe dan mengatakan partisipasinya adalah sinyal bahwa China mau bekerja sama dengan negara lain untuk mengeksplorasi luar angkasa.
Scott Pace, yang mengepalai Space Policy Institute dan seorang professor hubungan internasional di George Washington University, mengatakan China khusus diundang untuk menjadi bagian dari diskusi dunia, tapi ia memperingatkan agar tidak terlalu optimis.
“Belum ada terobosan politis yang bisa mengarah pada aktivitas kerja sama yang besar, simbolik dan langsung. Tapi ada beberapa kesempatan kecil yang menurut saya bisa dan harus kita kejar,” kata Pace.
Pace menggarisbawahi bahwa sepanjang perang dingin, Amerika Serikat bekerja sama dengan Uni Sovyet dalam beberapa aspek eksplorasi.
“Kerja sama tersebut dalam bidang ilmiah yang sangat spesifik: ilmu bumi, fisika matahari, beberapa data biometrik. Dan saya pikir tingkat kerja sama yang sama juga bisa dilakukan dengan China sekarang, dan mungkin memang seharusnya dilakukan,” lanjut Pace.
Negara-negara yang tidak banyak diasosiasikan dengan eksplorasi luar angkasa juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut seperti like Brazil, Arab Saudi dan Nigeria.
Pace mengatakan banyak negara yang menggunakan luar angkasa untuk keperluan praktis, seperti navigasi atau komunikasi, tapi mereka bisa lebih ambisius.
“Tampaknya bulan, menurut saya, menjadi fokus teknis bersama, karena memberikan kesempatan bagi negara dengan tingkat perkembangan luar angkasa yang berbeda-beda - dari sangat canggih sampai yang paling sederhana,” kata Pace.
Karena Stasiun Luar Angkasa adalah fasilitas internasional dan masa operasionalnya diperpanjang sampai 2024, Pace mengatakan China mungkin diundang untuk berpartisipasi dalam eksperimen.
Tempat berikutnya yang mungkin bisa dipertimbangkan untuk bekerja sama dengan China adalah bulan, karena misi ke Mars atau asteroid terlalu sulit dan mahal, bahkan untuk Amerika Serikat dan Rusia.