Gedung Putih meluncurkan kemitraan baru dengan India pada Selasa (31/1) yang diharapkan Presiden AS Joe Biden dapat membantu kedua negara itu bersaing dengan China dalam bidang perlengkapan militer, semikonduktor dan teknologi kecerdasan buatan.
Washington ingin memperbanyak jaringan telepon seluler milik perusahaan Barat di anak benua itu untuk menyaingi Huawei Technologies asal China, menyambut lebih banyak ahli cip komputer asal India ke Amerika Serikat dan mendorong perusahaan-perusahaan dari kedua negara untuk berkolaborasi dalam bidang perlengkapan militer, seperti sistem artileri.
BACA JUGA: Huawei Jadi Target Terbaru dalam Tindakan Keras AS terhadap Teknologi ChinaGedung Putih menghadapi perjuangan berat di semua lini, termasuk pembatasan AS terhadap transfer teknologi militer dan visa bagi pekerja imigran, juga dengan ketergantungan lama India pada Rusia untuk perangkat keras militer.
Penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan, dan mitranya dari India, Ajit Doval, pada Selasa (31/1) bertemu dengan pejabat senior dari kedua negara di Gedung Putih untuk meluncurkan Prakarsa AS-India tentang Teknologi Kritis dan Berkembang.
“Tantangan yang lebih besar berasal dari China. Praktik ekonominya, langkah militernya yang agresif, upayanya untuk mendominasi industri masa depan dan untuk mengendalikan rantai pasok masa depan telah berdampak besar pada pemikiran di Delhi,” ujar Sullivan.
New Delhi telah membuat Washington frustrasi dengan ikut serta dalam latihan bersama Rusia dan meningkatkan pembelian minyak mentah dari negara itu, yang merupakan sumber pendanaan utama Rusia untuk perangnya di Ukraina. Akan tetapi, Washington telah menahan diri untuk tidak berkomentar, sambil memberi isyarat kepada India tentang Rusia dan membenarkan sikap India yang lebih agresif terhadap China.
Pada hari Senin (30/1), Sullivan dan Doval berpartisipasi dalam acara Kamar Dagang bersama para pemimpin perusahaan dari Lockheed Martin, Adani Enterprises dan Applied Materials.
Meskipun India menjadi bagian dari proyek pendekatan pemerintahan Biden di Asia yang bernama Kerangka Kerja Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF), negara itu memilih untuk tidak bergabung dalam negosiasi pilar perdagangan IPEF.
BACA JUGA: AS Sebut Rusia Tak Patuhi Perjanjian Nuklir Terakhir yang TersisaInisiatif itu juga mencakup upaya bersama dalam bidang antariksa dan komputasi kuantum berkinerja tinggi.
Sementara itu, General Electric meminta izin kepada pemerintah AS untuk memproduksi mesin jet bersama India, yang akan menggerakkan pesawat yang dioperasikan dan diproduksi oleh India, kata Gedung Putih, yang mengatakan bahwa proses peninjauan permohonan sedang dilakukan. [rd/rs]