Amerika Serikat (AS) dan Israel menegaskan bahwa program nuklir Iran “merupakan ancaman serius terhadap kawasan (Timur Tengah)” dan bertekad untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Hal ini ditegaskan menyusul pertemuan di Israel antara Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan dan rekannya dari Israel, Eyal Hulata.
“Kedua delegasi membahas perlunya mengkonfrontir semua aspek dari ancaman yang ditimbulkan Iran termasuk soal program nuklirnya, kegiatan destabilisasi yang dilakukannya di kawasan, dan dukungan (Iran) untuk kelompok teroris proksi,” demikian bunyi pernyataan yang dirilis oleh Gedung Putih pada Rabu (22/12).
BACA JUGA: Arab Saudi Upayakan Pendekatan ‘Serius’ dalam Menangani Program Nuklir Iran“Para pejabat menegaskan lagi AS dan Israel sejalan dalam tekad mereka untuk memastikan Iran tidak pernah akan memperoleh senjata nuklir,” demikian ditambahkan pernyataan itu.
Sullivan juga dilaporkan memberi penjelasan singkat kepada Hulata tentang perundingan internasional mengenai program nuklir Iran yang saat ini berlangsung di Wina, Austria, yang ditujukan pada pemulihan persetujuan nuklir Iran pada tahun 2015.
Mantan presiden Trump menarik AS dari persetujuan itu pada 2018.
Kesepakatan itu ditujukan untuk menghentikan ambisi nuklir Iran lewat pengurangan sanksi ekonomi terhadap negara itu.
Iran berkilah bahwa program nuklirnya bertujuan damai.
BACA JUGA: AS Sebut Ada ‘Kemajuan’ dalam Hidupkan Kesepakatan Nuklir dengan IranIsrael menentang pemulihan persetujuan itu. Selesai pertemuan, pejabat Israel memperingatkan bahwa jika diplomasi terputus, Jerusalem akan bisa melancarkan sebuah serangan langsung terhadap Iran guna mencegah negara itu membangun senjata nuklir.
“Yang terjadi di Wina punya dampak besar pada stabilitas Timur Tengah dan keamanan Israel dalam tahun-tahun mendatang,” demikian kata PM Israel Naftali Bennett kepada Sullivan. [jm/my]