AS, Korea Selatan Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi Misil Korea Utara

Seorang tentara Korea Selatan berdiri di dekat Howitzers berukuran 155 milimeter saat latihan militer "Foal Eagle" bersama AS di Goseong, Korea Selatan (9/4). AS dan Korea Selatan telah meningkatkan kesiagaan mereka menghadapi kemungkinan uji coba misil Korea Utara.

Pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan telah meningkatkan pengawasan mereka dalam menghadapi kemungkinan uji coba misil Korea Utara.
Kantor berita setengah resmi Korea Selatan, Yonhap, hari Rabu (10/4) mengatakan pasukan bersama itu sekarang berada pada “Watchcon2,” tingkat yang memberi indikasi "ancaman gawat."

Korea Utara dilaporkan sedang dalam tahap-tahap terakhir persiapan untuk percobaan misil jarak menengah, yang mencemaskan banyak negara tetangganya.

Beberapa analis memperkirakan percobaan itu akan berlangsung sekitar hari Senin (15/4) mendatang, bertepatan dengan hari kelahiran pemimpin pendiri Pyongyang, Kim Il Sung.

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung Se mengatakan kepada para anggota parlemen hari Rabu (10/4) sangat tinggi kemungkinannya bagi Korea Utara untuk melakukan uji-coba salah satu misil barunya dan pelaksanaannya dapat dilakukan setiap saat.

Korea Selatan, Jepang, atau wilayah Amerika Guam dapat berada dalam jarak-jangkau misil Musudan yang belum diuji-coba itu. Laporan-laporan yang belum dikukuhkan juga mengatakan Pyongyang sedang bersiap-siap untuk melakukan percobaan misil-misil lainnya secara serentak.

Panglima pasukan Amerika di Pasifik mengukuhkan Korea Utara telah memindahkan sebuah misil Musudan ke pantai timurnya dalam persiapan untuk peluncuran.

Memberi kesaksian di rapat Senat Amerika hari Selasa, Laksamana Samuel Locklear bersikeras mengatakan bahwa setiap misil Korea Utara dapat dicegat kalau misil tersebut merupakan ancaman langsung terhadap Amerika Serikat atau sekutu-sekutunya.

Sementara itu, dalam perundingan di London, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berupaya menunjukkan front yang bersatu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hong Lei juga mendesak semua pihak untuk bersikap menahan diri.