AS Desak Turki Selesaikan Kasus Pendeta Brunson

Andrew Craig Brunson, pendeta evangelis dari Black Mountain, North Carolina, tiba di rumahnya di Izmir, Turki, 25 Juli 2018. (Foto: dok).

Diplomat tertinggi AS di Turki telah menyerukan agar kasus yang dihadapi pastur Amerika dan sejumlah warga Turki yang bekerja untuk misi Amerika di Turki diselesaikan sesegera mungkin secara adil dan transparan.

Jeffrey Hovelier, diplomat yang menjabat sebagai duta besar AS di Turki untuk sementara, berbicara kepada wartawan setelah mengunjungi Pendeta Andrew Brunson yang sedang menjalani tahanan rumah di kota Izmir, Turki.

Kunjungan itu dilangsungkan beberapa jam setelah pengacara Brunson mengajukan banding ke pengadilan untuk meminta pembebasan Brunson dan pencabutan larangan berpergiannya.

Pemerintah AS meyakini, Brunson, ilmuwan NASA Amerika keturunan Turki yang dituding memiliki hubungan dengan ulama Muslim yang menetap di AS dan dituding mendalangi kudeta yang gagal di Turki pada 2016 dan tiga warga Turki yang bekerja untuk misi diplomatik AS di Turki dan dikenai tuduhan terkait teror telah ditahan secara tidak adil.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, usai bertemu sejawatnya dari Turki, Mevlut Cavusoglu, menyatakan peningkatan penggunaan sanksi oleh Amerika akan memperlemah peran dolar sebagai devisa utama. Lavrov juga mengatakan, pemanfaatkan sanksi secara luas mencerminkan keinginan Washington untuk mendominasi dan memastikan keuntungan sepihak bagi bisnis-bisnisnya.

Pernyataan Lavrov ini tampaknya merujuk pada tindakan Washington yang menghukum sekutu-sekutunya, termasuk Turki, dengan berbagai sanksi. Pertikaian dengan AS, terkait pendeta Brunson, telah memperburuk kesulitan-kesulitan ekonomi yang dihadapi Turki. [ab/uh]