Menteri Pertahanan AS mengadakan pembicaraan dengan para pejabat teras di Filipina mengenai rencana memperkuat hubungan pertahanan. Sementara itu, ada isyarat bahwa keretakan Manila dengan China terkait sengketa teritorial semakin melebar.
MANILA —
Menteri Pertahanan Amerika Chuck Hagel mengakhiri kunjungannya ke Malaysia, Indonesia dan Brunei di Asia Tenggara pekan ini dengan persinggahan di Filipina di mana ia bertemu dengan presiden dan menteri pertahanan negara itu.
Washington dan Manila kini menggodok pedoman yang akan memungkinkan lebih banyak tentara Amerika keluar-masuk Filipina.
Dalam konferensi pers bersama menteri pertahanan di Istana Presiden di Manila, Hagel menegaskan posisi Amerika bahwa Washington tidak mengupayakan pangkalan permanen di Filipina.
"Itu akan mencerminkan kembalinya mentalitas Perang Dingin yang usang. Sebaliknya kita akan menggunakan model baru kerjasama militer, yang serasi bagi dua sekutu dan sahabat baik,”kata Hagel.
Kedua pihak mengatakan peningkatan kunjungan militer berarti lebih banyak latihan bersama dan akses mudah ke peralatan militer. Bagi Amerika, peningkatan rotasi pasukan akan memperkuat pijakan di kawasan itu, sementara mengalihkan perhatian militer, diplomatik dan ekonominya ke Asia. Fokus baru Amerika pada Asia berlangsung sementara Filipina memodernisasi militernya sendiri dan berusaha meningkatkan postur pertahanannya.
Awal pekan ini, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Emmanuel Bautista, yang baru saja bertemu dengan mitranya dari Amerika, mengatakan tujuan Filipina adalah “memanfaatkan aliansi” untuk menciptakan lingkungan keamanan yang akan akan membuat ancaman luar “ragu” sebelum berusaha melanggar batas wilayah Filipina.
Filipina tidak secara langsung menyebut China ketika berbicara mengenai ancaman eksternal tetapi dalam beberapa tahun belakangan kedua negara itu terlibat dalam pertikaian diplomatik terkait apa yang oleh Filipina disebut selaku penyusupan kapal-kapal pengintai dan militer China ke perairan yang diklaim Filipina di Laut Cina Selatan.
Filipina telah mengajukan puluhan protes diplomatik dan mengadukan kasus itu ke Mahkamah Hukum Internasional.
Departemen Luar Negeri Filipina hari Rabu mengatakan bahwa China telah meminta agar Presiden Aquino tidak menghadiri pameran China-ASEAN di Nanning minggu depan dan agar ia berkunjung ke China pada “waktu yang lebih kondusif.” Para pejabat Filipina menepiskan penghinaan tersebut dengan mengatakan itu bukan penarikan undangan pribadi kepada Presiden Aquino. Namun, karena Filipina adalah “negara kehormatan” dalam pameran tahun ini, kepala negara atau Presiden Aquino diharapkan akan hadir, seperti kebiasaan selama ini.
Washington dan Manila kini menggodok pedoman yang akan memungkinkan lebih banyak tentara Amerika keluar-masuk Filipina.
Dalam konferensi pers bersama menteri pertahanan di Istana Presiden di Manila, Hagel menegaskan posisi Amerika bahwa Washington tidak mengupayakan pangkalan permanen di Filipina.
"Itu akan mencerminkan kembalinya mentalitas Perang Dingin yang usang. Sebaliknya kita akan menggunakan model baru kerjasama militer, yang serasi bagi dua sekutu dan sahabat baik,”kata Hagel.
Kedua pihak mengatakan peningkatan kunjungan militer berarti lebih banyak latihan bersama dan akses mudah ke peralatan militer. Bagi Amerika, peningkatan rotasi pasukan akan memperkuat pijakan di kawasan itu, sementara mengalihkan perhatian militer, diplomatik dan ekonominya ke Asia. Fokus baru Amerika pada Asia berlangsung sementara Filipina memodernisasi militernya sendiri dan berusaha meningkatkan postur pertahanannya.
Awal pekan ini, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina Emmanuel Bautista, yang baru saja bertemu dengan mitranya dari Amerika, mengatakan tujuan Filipina adalah “memanfaatkan aliansi” untuk menciptakan lingkungan keamanan yang akan akan membuat ancaman luar “ragu” sebelum berusaha melanggar batas wilayah Filipina.
Filipina tidak secara langsung menyebut China ketika berbicara mengenai ancaman eksternal tetapi dalam beberapa tahun belakangan kedua negara itu terlibat dalam pertikaian diplomatik terkait apa yang oleh Filipina disebut selaku penyusupan kapal-kapal pengintai dan militer China ke perairan yang diklaim Filipina di Laut Cina Selatan.
Filipina telah mengajukan puluhan protes diplomatik dan mengadukan kasus itu ke Mahkamah Hukum Internasional.
Departemen Luar Negeri Filipina hari Rabu mengatakan bahwa China telah meminta agar Presiden Aquino tidak menghadiri pameran China-ASEAN di Nanning minggu depan dan agar ia berkunjung ke China pada “waktu yang lebih kondusif.” Para pejabat Filipina menepiskan penghinaan tersebut dengan mengatakan itu bukan penarikan undangan pribadi kepada Presiden Aquino. Namun, karena Filipina adalah “negara kehormatan” dalam pameran tahun ini, kepala negara atau Presiden Aquino diharapkan akan hadir, seperti kebiasaan selama ini.