Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menghentikan penggunaan aplikasi seluler untuk membuat janji dengan para pencari suaka di perbatasan Texas yang terhubung ke kota Meksiko yang terkenal berbahaya setelah para aktivis memperingatkan otoritas AS bahwa para migran menjadi sasaran pemerasan di wilayah tersebut.
Badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) tidak memberikan penjelasan atas keputusannya untuk menghentikan penjadwalan janji baru melalui aplikasi CBP One itu untuk penyeberangan di wilayah Laredo, Texas.
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan dalam email kepada kantor berita Associated Press bahwa CBP One telah berperan penting dalam menciptakan sistem yang lebih efisien dan teratur di perbatasan “sambil memotong penyelundup yang tidak bermoral yang mengambil keuntungan dari migran yang rentan.”
Sebagian pencari suaka mengatakan kepada Associated Press bahwa para pejabat Meksiko di wilayah Nuevo Laredo, yang berada di seberang perbatasan dari Laredo, Texas, telah mengancam akan menahan mereka dan membuat mereka terlambat memenuhi janji suaka yang dijadwalkan kecuali mereka membayarnya. Sejumlah organisasi kemanusiaan di Laredo mengatakan mereka baru-baru ini memperingatkan CBP tentang masalah tersebut dan bahwa kelompok tertentu mengendalikan akses ke penyeberangan internasional di sisi Meksiko.
Aplikasi CBP One dikritik karena masalah teknologi ketika mulai diluncurkan pada 12 Januari lalu. Pemerintah telah melakukan perbaikan dalam beberapa minggu terakhir, tetapi permintaan janji suaka jauh melampaui kapasitas, sehingga mendorong banyak migran untuk melintasi perbatasan secara ilegal atau menyerah.
Pemerintah mengatakan siapa pun yang tidak menggunakan jalur hukum akan dideportasi kembali ke tanah air mereka dan menghadapi larangan untuk mencari suaka di AS selama lima tahun. [lt/jm]