Blinken mengawali kunjungan satu pekannya dengan pertemuan terpisah, masing-masing dengan pemimpin Turki dan Yunani. Kunjungan itu bertujuan menurunkan ketegangan yang meningkat sejak perang Israel dan Hamas yang dimulai pada Oktober tahun lalu.
“Seperti yang kami sampaikan sejak hari pertama, kami sangat terfokus pada meluasnya konflik ini. Dan bagian penting dari pembicaraan-pembicaraan yang akan kami lakukan dalam beberapa hari ke depan dengan semua sekutu dan mitra kami adalah meninjau langkah-langkah yang bisa mereka ambil, memanfaatkan pengaruh dan hubungan yang mereka miliki hanya untuk melakukan itu, memastikan bahwa konflik ini tidak akan menyebar,” kata Blinken.
Tujuan kedua, menurut Blinken adalah mencari jalan untuk memaksimalkan perlindungan terhadap warga sipil, memaksimalkan bantuan kemanusiaan bisa sampai ke mereka, dan juga membebaskan para sandera keluar dari Gaza.
“Situasinya, untuk laki-laki, perempuan dan anak di Gaza tetap genting. Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh, khususnya anak-anak. Jauh lebih banyak lagi yang kesulitan mengakses makanan, air, obat-obatan dan kebutuhan dasar hidup,” tambah Blinken.
Karena itulah, penting adanya peningkatan yang substansial dan berkelanjutan terkait bentuan yang sampai ke mereka serta juga perlindungan masyarakat sipil secara umum, kata Blinken lagi seperti dilaporkan Reuters.
Blinken pertama-tama bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan di Istambul dan juga melakukan pembicaraan dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Dia kemudian melanjutkan perjalanan ke Yordania untuk bertemu Raja Abdullah pada Minggu (7/1). Lalu dilanjutkan ke Doha, Qatar untuk bertemu Emir Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani. Pada Senin (8/1), Blinken bertemu Presiden UEA, Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan.
Pada Senin sore, Blinken dijadwalkan mengadakan pembicaraan dengan putra mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, di Al Ula sebelum menuju Israel.
Dia telah meminta agar negara-negara Timur Tengah ini menurunkan ketegangan yang telah memicu kekerasan di wilayah yang diduduki Israel di Tepi Barat, Lebanon, Suriah, Irak, dan mendorong serangan Houthi ke jalur pelayaran Laut Merah.
Blinken dijadwalkan tiba Senin sore di Israel, dimana dia akan mengadakan pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara itu pada Selasa.
Dalam sebuah pernyataan pers bersama di sela kunjungannya, Blinken menolak pernyataan terbaru dari sejumlah anggota kabinet Israel yang menyerukan pemukiman kembali secara paksa bagi warga Palestina di luar Gaza.
BACA JUGA: Menlu AS Blinken Kunjung UEA, Arab Saudi di Tengah Desakan Bendung Meluasnya Perang Israel-Hamas“Pernyataan itu tidak bertanggung jawab. Menimbulkan kemarahan, dan akan membuat semakin sulit untuk memastikan masa depan Gaza di bawah kepemimpinan Palestina ketika Hamas tidak lagi menguasai wilayah itu dan ketika kelompok teroris tidak lagi punya kemampuan mengancam keamanan Israel,” kata Blinken.
Pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza bukanlah posisi resmi negara Yahudi, jelas Presiden Israel Isaac Herzog saat tampil di acara Meet the Press, stasiun televisi NBC
“Dalam sebuah kabinet berisi 30 menteri, dimana itu bukan kabinet keamanan, seorang menteri bisa mengatakan apapun yang dia inginkan. Saya mungkin tidak menyukai itu, tetapi inilah politik di Israel. Tetapi, disini saya benar-benar katakan, secara resmi dan tegas, bahwa itu bukan posisi Israel,” ujar Herzog.
Sementara itu, Iran melalui juru bicara Kementerian Luar Negerinya, Nasser Kanaani mengatakan pada Senin, bahwa kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina harus dihentikan untuk mencegah perang meluas di kawasan itu.
“Jika kejahatan rejim Zionis terhadap rakyat Palestina tidak dihentikan, dimensi dan skala perang ini akan meluas,” ujar Kanaani seperti dikutip AP.
Pernyataan Iran ini disampaikan terkait kunjungan Blinken ke kawasan itu. [ns/jm]