AS, Jepang Segera Tandatangani Kesepakatan Mineral untuk Baterai Kendaraan Listrik

  • Associated Press

ILUSTRASI - Telurium yang dimurnikan ditampilkan di kilang Rio Tinto Kennecott di Magna, Utah, 11 Mei 2022. (AP /Rick Bowmer, File)

Jepang dan Amerika Serikat telah mencapai kesepakatan tentang perdagangan mineral-mineral penting untuk baterai kendaraan listrik, sebagai bagian dari upaya untuk memastikan pasokan yang aman dari sumber daya penting yang strategis.

Kesepakatan yang akan ditandatangani Selasa (28/3) ini diharapkan dapat membantu kendaraan listrik yang menggunakan logam yang diproses di Jepang memenuhi syarat untuk memperoleh insentif pajak berdasarkan Undang-Undang Pengurangan Inflasi yang digagaskan Presiden Joe Biden. Kesepakatan itu sendiri disahkan oleh Kabinet Jepang pada hari Selasa.

Undang-Undang Pengurangan Inflasi, yang diberlakukan pada bulan Agustus, mencakup kredit pajak hingga $7.500 yang dapat digunakan untuk membiayai pembelian kendaraan listrik tetapi mengharuskan kendaraan tersebut memiliki sebagian mineral penting dalam baterainya yang ditambang atau diproses di dalam negeri atau dari negara-negara yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan AS. Jepang dan AS tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas semacam itu.

BACA JUGA: Mobil Listrik Makin Diminati, Wakili 13% Penjualan Mobil Dunia Tahun ini

Jepang dan negara-negara Eropa telah memprotes mereka tidak diikutsertakan dalam program Kredit Kendaraan Bersih Amerika berdasarkan undang-undang itu.

Kesepakatan yang akan ditandatangani di Washington oleh Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dan duta besar Jepang untuk AS, Koji Tomita, akan memberikan perlakuan yang sama kepada Jepang seperti halnya yang diperoleh mitra perdagangan bebas AS terkait mineral-mineral tersebut, kata sejumlah pejabat Jepang.

Kesepakatan untuk tidak mengenakan bea ekspor pada perdagangan litium, kobalt, mangan, nikel, dan grafit, semua mineral yang penting secara strategis, memberi manfaat besar bagi para produsen mobil dan perusahaan Jepang seperti Panasonic, salah satu pembuat baterai terbesar.

Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi di Tokyo

“Seperti yang kami perkirakan akan ada peningkatan permintaan baterai EV (kendaraan listrik) yang signifikan di masa mendatang. Mengamankan mineral-mineral penting yang sangat diperlukan untuk produksinya adalah tugas yang mendesak,” kata Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi kepada wartawan.

“Kesepakatan itu bertujuan untuk membangun rantai pasokan yang tangguh melalui kerja sama antara Jepang dan Amerika Serikat, serta negara-negara yang berpikiran sama, dengan memperkuat kerja sama untuk mengamankan rantai pasokan yang berkelanjutan dan adil untuk mineral-mineral penting tersebut,” katanya.

Pemerintah AS ingin memastikan pasokan litium dan bahan-bahan lain yang stabil dan aman yang dibutuhkan untuk baterai EV, pompa panas, dan baterai berkapasitas besar untuk jaringan listrik. Mayoritas produksi litium global berasal dari China, Australia, Argentina, dan Chili, sementara Rusia mendominasi pasar nikel global dan Republik Demokratik Kongo adalah produsen kobalt terbesar di dunia.

FILE - Perwakilan Dagang A.S. Katherine Tai di Kompleks Gedung Putih, Washington, 6 Januari 2023.​ .(AP /Susan Walsh, File)

"Pengumuman ini adalah bukti komitmen Presiden Biden untuk membangun rantai pasokan yang tangguh dan aman," kata Perwakilan Dagang AS Katherine Tai dalam sebuah pernyataan.

Tai mengatakan AS “akan terus bekerja dengan sekutu dan mitra kami untuk memperkuat rantai pasokan mineral-mineral penting, termasuk melalui Undang-Undang Pengurangan Inflasi.”

Departemen Keuangan diperkirakan akan segera merilis rincian tentang kredit dan penyesuaian pajak terkait undang-undang itu. [ab/uh]