AS Kaitkan Kelompok Peretas Korea Utara dengan Aksi Pencurian Mata Uang Kripto

Foto ilustrasi yang menunjukkan uang dolar AS dan bitcoin. (Foto: Reuters/Dado Ruvic)

Amerika Serikat (AS) telah mengaitkan para peretas Korea utara dengan kasus pencurian mata uang kripto senilai ratusan juta dolar yang terkait dengan game online populer Axie Infinity, kata Departemen Keuangan AS, pada Kamis (14/4).

Ronin, jaringan blockchain yang memungkinkan pengguna mentransfer kripto keluar-masuk game tersebut, mengatakan bahwa uang digital senilai hampir $615 juta dicuri pada 23 Maret lalu.

Tak ada yang secara eksplisit menyalahkan aksi peretasan, namun pada Kamis (14/4), Departemen Keuangan AS mengidentifikasi alamat mata uang digital yang digunakan para peretas itu berada di bawah kendali kelompok peretas Korea Utara yang sering dijuluki “Lazarus.”

BACA JUGA: AS: Peretas Canggih Kini Mampu Membajak Infrastruktur Penting, dari Pabrik Hingga Pembangkit Listrik

“Amerika Serikat sadar bahwa Republik Demokratik Rakyat Korea (Korea Utara, red.) semakin mengandalkan aktivitas terlarang – termasuk kejahatan dunia maya – untuk memperoleh pendapatan bagi senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya sambil mencoba menghindari sanksi berat AS dan PBB,” kata juru bicara Departemen Keuangan.

Ia memperingatkan bahwa mereka yang bertransaksi dengan dompet kripto itu berisiko terkena sanksi AS.

Perusahaan analitik Blockchain, termasuk Chainalysis dan Elliptic, mengatakan bahwa pengumuman tersebut mengonfirmasi peran Korea Utara di balik pembobolan tersebut.

Salah seorang yang mengetahui masalah ini mengonfirmasi bahwa para peretas Korea Utara telah menjadi fokus penyelidikan perusahaan keamanan siber selama beberapa minggu terakhir.

CrowdStrike, yang jasanya disewa Sky Mavis – pembuat game Axie Infinity – untuk menyelidiki pembobolan itu, menolak berkomentar.

BACA JUGA: FBI: 'Hacker' Rusia Amati Sistem Energi AS, Timbulkan Ancaman

Aleksander Larsen, salah satu pendiri Sky Mavis, juga menolak berkomentar.

AS mengatakan bahwa kelompok peretas Lazarus dikendalikan oleh Biro Umum Pengintaian, biro intelijen utama Korea Utara. Lembaga itu telah dituduh terlibat dalam serangan ransomware “WannaCry,” peretasan bank internasional dan rekening pelanggan, serta serangan siber 2014 di Sony Pictures Entertainment.

PBB mendorong Dewan Keamanan PBB untuk memasukkan grup Lazarus ke dalam daftar hitam dan membekukan asetnya, menurut rancangan resolusi yang ditinjau Reuters pada Rabu (13/4). [rd/rs]