Menteri-menteri keuangan negara-negara Barat mengecam invasi Moskow di Ukraina pada pembicaraan G20 di Indonesia, Jumat (15/7). Mereka menuduh para pejabat Rusia terlibat dalam kekejaman yang dilakukan selama perang.
Pertemuan dua hari di Bali itu diawali di bawah bayang-bayang serangan militer Rusia yang telah mengguncang pasar, melonjakkan harga pangan dan memicu inflasi sangat tinggi. Pertemuan ini berlangsung sepekan setelah menteri luar negeri Rusia meninggalkan pembicaraan dengan para menteri luar negeri di forum itu.
“Rusia sepenuhnya bertanggung jawab atas dampak negatif terhadap ekonomi global,” kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen kepada delegasi Rusia dalam sesi pembukaan, kata seorang pejabat Departemen Keuangan AS. “Para pejabat Rusia harus mengakui bahwa mereka menambah konsekuensi mengerikan dari perang ini melalui dukungan terus menerus mereka terhadap rezim Putin. Anda sama-sama bertanggung jawab atas hilangnya nyawa orang-orang tak berdosa.”
Menteri Keuangan Kanada Chrystia Freeland melakukan hal serupa. Ia mengatakan kepada delegasi Rusia bahwa mereka bertanggung jawab atas “kejahatan perang” di Ukraina karena dukungan mereka bagi invasi, kata seorang pejabat Kanada.
“Bukan hanya para jenderal yang melakukan kejahatan perang, para teknokrat ekonomi inilah yang membiarkan perang terjadi dan berlanjut,” kata Freeland, yang dikutip pejabat itu.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dan Menteri Keuangan Ukraina Serhiy Marchenko berpartisipasi secara virtual dalam pertemuan itu.
Namun Moskow mengirim Deputi Menteri Keuangan Timur Maksimov untuk menghadiri langsung pembicaraan tersebut. Ia hadir saat Yellen dan Freeland mengeluarkan kecaman mereka, kata sumber yang hadir dalam pembicaraan tersebut.
Tuan rumah dan ketua G20 Indonesia memperingatkan para menteri bahwa kegagalan untuk mengatasi krisis energi dan pangan akan menjadi bencana besar.
Dalam pernyataan pembukanya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta para menteri agar bekerja sama dengan semangat “kerja sama” karena “dunia sedang menunggu” solusi.
“Konsekuensi kegagalan kita jauh lebih besar dari yang kita sanggup,” katanya kepada para delegasi. “Konsekuensi kemanusiaan bagi dunia dan bagi negara-negara berpendapatan rendah akan menjadi bencana besar.”
Pertemuan ini sebagian besar berfokus pada krisis pangan dan energi yang membebani pemulihan global yang rapuh dari pandemi COVID-19.
“Tindakan (Presiden Rusia Vladimir) Putin yang mencakup penghancuran fasilitas-fasilitas pertanian, pencurian gandum dan peralatan pertanian, dan blokade efektif pelabuhan Laut Hitam sama saja dengan menggunakan makanan sebagai senjata perang,” kata Yellen dalam seminar sore hari.
Sri Mulyani mengatakan para anggota “telah mengidentifikasi kebutuhan mendesak bagi G20 untuk mengambil langkah-langkah konkret” guna mengatasi kerawanan pangan dan membantu negara-negara yang membutuhkan.
Yellen juga menekan sekutu-sekutu di G20 agar membatasi harga minyak Rusia untuk menutup sumber dana perang Putin dan menekan Moskow untuk mengakhiri invasinya sambil menurunkan biaya energi.
Yellen pada April lalu memimpin aksi mogok para pejabat keuangan multinasional dengan meninggalkan pertemuan sewaktu delegasi Rusia berbicara pada pertemuan G20 di Washington. Tetapi aksi semacam itu tidak terjadi pada hari Jumat.
Kemungkinan besar tidak akan ada komunike akhir yang dikeluarkan sewaktu pembicaraan berakhir hari Sabtu karena perselisihan pendapat dengan Rusia.
Ketua G20 kali ini, Indonesia, yang menerapkan kebijakan luar negeri netral, mengundang Rusia meskipun mendapat tekanan Barat.
“Kita perlu bertindak bersama untuk menunjukkan mengapa G20 patut mendapatkan reputasinya sebagai forum utama bagi kerja sama internasional,” kata Sri Mulyani. [uh/ab]