Hanya beberapa jam sebelum puluhan juta pemilih Amerika Serikat berangkat menuju sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) untuk menggunakan hak pilih mereka dalam pemilihan presiden, badan-badan intelijen AS mengeluarkan peringatan serius mengenai peningkatan operasi pengaruh – sebagian tampaknya bertujuan untuk meyakinkan warga Amerika untuk bersikap saling memusuhi.
Pernyataan yang dirilis pada Senin larut malam itu memperingatkan para pemilih agar berhati-hati terhadap gelombang baru operasi pengaruh yang bertujuan untuk melemahkan kepercayaan dan keyakinan dalam proses pemilihan AS, seraya menambahkan bahwa banjir video palsu dan artikel dimaksudkan untuk memicu kemarahan dan mengobarkan ketegangan kemungkinan besar akan bertambah cepat, terutama di negara bagian-negara bagian yang dapat menentukan hasil pemilihan presiden.
“Rusia merupakan ancaman yang paling aktif,” menurut peringatan yang dikeluarkan Kantor Direktur Intelijen Nasional, FBI serta Badan Keamanan Siber dan Keamanan Informasi (CISA).
“Para pelaku pemengaruh yang terkait dengan Rusia khususnya merekayasa video dan membuat artikel-artikel palsu untuk merusak legitimasi pemilu, menanamkan ketakutan di kalangan pemilih terkait proses pemilu, dan mendorong warga Amerika menggunakan kekerasan terhadap satu sama lain karena pilihan politik,” kata mereka.
BACA JUGA: Pejabat AS: Infrastruktur Pemilu Kita Tidak Pernah Seaman Ini“Kami mengantisipasi para pelaku Rusia akan merilis konten-konten tambahan yang telah direkayasa dengan tema-tema itu hingga hari pemilihan dan pada hari-hari serta pekan-pekan setelah TPS ditutup,” kata pernyataan itu. “Upaya-upaya ini berisiko menyulut kekerasan, termasuk terhadap para petugas pemilu.”
Peringatan pada saat-saat terakhir menjelang hari pemilihan tersebut menyusul serangkaian penilaian yang tidak tergolong rahasia yang telah dikeluarkan para pejabat intelijen AS dalam pekan-pekan dan bulan-bulan menjelang pemilihan hari Selasa (5/11).
Penilaian paling baru yang telah dideklasifikasi, dikeluarkan baru dua pekan silam, memperingatkan bahwa Rusia, Iran, China “tetap berniat untuk mengipasi narasi yang memecah belah rakyat Amerika dan melemahkan kepercayaan warga Amerika terhadap sistem demokrasi AS sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai kepentingan mereka.”
Laporan itu lebih jauh memperingatkan bahwa informasi yang diperoleh badan-badan intelijen AS membuat mereka “semakin yakin” bahwa Rusia mulai terlibat dalam rencana “yang bertujuan menyulut kekerasan,” dan bahwa Iran mungkin mengikuti jejak Moskow.
Informasi yang dibagikan dalam peringatan terbaru itu dibangun berdasarkan penilaian tersebut, yang menunjukkan serangkaian aktivitas baru yang terkait dengan Rusia.
BACA JUGA: Harris, Trump Siap Hadapi Pertarungan Hukum untuk Tentukan Hasil PilpresSecara khusus, pernyataan baru itu menyalahkan para pelaku yang terkait Kremlin yang telah mengunggah dan menyebarkan artikel yang menyatakan secara keliru bahwa para pejabat AS di negara bagian-negara bagian penting telah mengatur rencana untuk mencurangi pemilu dengan menggunakan taktik seperti pemberian suara oleh mereka yang tidak berhak dan serangan siber.
Pernyataan itu juga mengaitkan para pelaku Rusia dengan video berisi wawancara palsu dari seseorang yang mengeklaim terdapat rencana di negara bagian Arizona yang berupaya memengaruhi suara untuk mendukung kandidat presiden dari partai Demokrat, Kamala Harris, dengan surat suara palsu dari luar negeri dan merekayasa daftar pemilih.
Badan-badan intelijen AS juga telah mengaitkan tanggung jawab atas video media sosial lainnya dengan para aktor pemengaruh Rusia – termasuk dua video pekan lalu yang mengeklaim memperlihatkan para imigran asal Haiti memberikan suara berkali-kali dan dimaksudkan untuk memperlihatkan surat suara di Pennsylvania yang dirobek.
Pernyataan terbaru dari badan-badan intelijen AS juga memperingatkan bahwa Iran “masih menjadi ancaman pengaruh asing yang signifikan terhadap pemilihan AS,” seraya menyebut, antara lain, upaya Iran sebelumnya untuk meretas kampanye kandidat presiden dari partai Republik, mantan presiden Donald Trump.
VOA menghubungi Kedutaan Besar Rusia di Washington dan Misi Iran untuk PBB di New York untuk meminta tanggapan atas tuduhan baru AS itu.
Rusia, Iran dan China telah berulang kali menolak penilaian terdahulu AS mengenai operasi pengaruh mereka.
Kedutaan Rusia di Washington pada Senin malam dalam email kepada VOA mengesampingkan peringatan intelijen terbaru AS dengan menyebutnya sesuatu yang “tak berdasar.”
“Kedutaan belum menerima bukti apa pun dari klaim-klaim itu selama berkomunikasi dengan para pejabat AS, atau pertanyaan apa pun terkait narasi yang dikemukakan pers,” kata kedutaan itu, dan lebih lanjut menggambarkan tuduhan Washington mengenai kampanye disinformasi Rusia sebagai “tradisi yang tidak menguntungkan” untuk pemilu AS.
Sementara itu Misi Iran untuk PBB di New York belum menanggapi permintaan komentar dari VOA. [uh/rs]