Pasukan Pertahanan Israel merilis video “perang kota” di Jalur Gaza, yang disebut-sebut menunjukkan pasukan bertempur dari rumah ke rumah di kota Khan Younis di Jalur Gaza. VOA tidak dapat memverifikasi secara independen tanggal atau lokasi video tersebut. Video ini dirilis akhir pekan lalu setelah lebih dari 100 warga Palestina yang berebut bantuan kemanusiaan tewas ditembak tentara Israel.
Para petugas kesehatan dan pekerja bantuan yang telah berada di Gaza mengatakan, situasi di sana sangat mengerikan.
Dr. Thaer Ahmad, dokter darurat MedGlobal, mengatakan kepada kantor berita Reuters.
"Para petugas medis dan pekerja bantuan akan mengatakan bahwa situasinya telah semakin memburuk karena beberapa alasan, dan kami berada di titik ini, karena ada kemandekan. Dulu ada tiga pintu masuk ke Jalur Gaza. Israel menguasai dua di antaranya, dan Mesir menguasai salah satunya. Sekarang, hanya satu dari tiga pintu masuk yang berfungsi, itu pun hanya sebagian."
Untuk mengatasi blokade darat tersebut, mitra regional mulai menjatuhkan paket bantuan dari udara. Selama akhir pekan lalu – yang sekaligus menjelang bulan suci Ramadan – Angkatan Udara Yordania menjatuhkan palet-palet berisi tepung, beras, susu formula bayi, dan air bersih ke wilayah Gaza.
BACA JUGA: Kapal Laut Bermuatan Bantuan Bersiap Menuju Gaza dari SiprusLangkah ini disusul Angkatan Udara Amerika yang menjatuhkan lebih dari 88 paket bantuan yang dikatakan berisi hampir 53 ribu makanan dan 23 ribu botol air.
Kini, rencana lain untuk mengirimkan bantuan ke Gaza telah dimulai. Angkatan Darat Amerika telah mengerahkan sebuah kapal dari Virginia ke Laut Tengah yang membawa peralatan untuk membangun dermaga sementara di pesisir Gaza. Meskipun diperkirakan akan memakan waktu berminggu-minggu – atau bahkan hingga 60 hari – sebelum dermaga terapung itu dapat beroperasi, dermaga ini akan menjadi salah satu pangkalan untuk mengirim bantuan ke wilayah Palestina.
PBB mengatakan seperempat penduduk Gaza menghadapi kelaparan akut.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza, wilayah yang dikelola oleh Hamas, mengatakan hingga hari Minggu, 10 Maret, sedikitnya 31.000 warga Palestina meninggal dunia akibat serangkaian serangan darat dan udara Israel. Lebih dari 70 ribu lainnya luka-luka. Presiden Amerika Joe Biden terusik dengan laporan itu.
Diwawancarai MSNBC Sabtu lalu (9/3), Biden mengatakan, “Kita tidak bisa membiarkan 30 ribu orang Palestina tewas sebagai konsekuensi dari langkah Israel mengejar (Hamas). Ada cara lain untuk menangani, untuk mencapai, untuk mengatasi trauma yang disebabkan oleh Hamas."
Biden tidak menyebutkan adanya "garis merah" atau “batas” yang dapat dilewati Israel, yang akan menghentikan dukungan AS terhadap sekutunya yang sedang menyatakan perang terhadap Hamas pasca serangan 7 Oktober lalu yang menewaskan 1.200 warga Israel. Namun seiring dimulainya bulan Ramadan, bagi lebih dari 72 ribu warga Palestina yang terluka, bantuan melalui darat, laut, dan udara sedianya bisa datang lebih cepat. [em/jm]
Your browser doesn’t support HTML5