Amerika Serikat dan Korea Selatan hari Senin (2/11) berjanji memperkuat kerjasama pertahanan, tetapi tidak menyinggung isu transfer kontrol pasukan semasa perang yang sudah lama tertunda.
Kedua negara sepakat memperluas kemitraan untuk menghadapi apa yang mereka sebut sebagai ancaman dari Korea Utara. Menteri Pertahanan Amerika Ash Carter menyebut Korea Utara sebagai “ancaman yang ada di depan mata, berbahaya dan terus menerus.”
Carter berbicara dalam jumpa pers gabungan bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan, Han Min-koo, yang menegaskan negaranya tidak akan membiarkan provokasi dari Korea Utara.
Carter mengatakan transfer kontrol pasukan semasa perang bisa dilakukan jika Korea Selatan sudah memiliki kemampuan militer untuk menghadapi Korea Utara dan memperbaiki kemampuan komando militer serta kapasitas intelijennya.
Korea Selatan memiliki wewenang atas pasukannya dalam situasi damai, tetapi AS akan mengambil alih jika terjadi perang di kawasan itu. Hal itu bermula sejak Perang Korea tahun 1950-1953 sehingga Amerika memiliki eksistensi militer yang signifikan di Korea Selatan.
Isu transfer ini sudah lama diperdebatkan kedua negara sekutu itu. Tahun 2006, menjelang akhir masa jabatannya, Menteri Pertahanan Amerika Donald Rumsfeld ingin Korea Selatan bisa berperan lebih besar dan mengambil alih kontrol itu mulai tahun 2009. Korea Selatan ingin perpanjangan waktu dan keduanya sepakat untuk melakukannya tahun 2012.
Tetapi tenggat itu kembali ditangguhkan hingga 2015 setelah Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir tahun 2009 dan 2013. Korea Utara juga dituduh menembak sebuah kapal angkatan laut Korea Selatan tahun 2010.
Rakyat Korea Selatan menginginkan kendali penuh atas tentara mereka sebagai bentuk kebanggaan nasional. Tetapi sejumlah pihak cemas hal itu akan mengubah hubungan militer dan politik Amerika-Korea Selatan, dan bahkan membuat Korea Selatan rentan terhadap serangan dari Utara. [th]