AS Kurangi Tentara jadi 2.500 di Afghanistan, Sesuai Perintah Trump

Militer AS mengurangi jumlah tentaranya di Afghanistan menjadi sekitar 2.500, Jumat (15/1). (Foto: dok).

Militer AS telah memenuhi sasaran mengurangi jumlah tentaranya di Afghanistan menjadi sekitar 2.500 pada hari Jumat (15/1). Ini merupakan pengurangan yang tampaknya melanggar larangan Kongres pada saat-saat terakhir.

Presiden Donald Trump, yang memerintahkan pengurangan itu pada bulan November, Kamis mengatakan bahwa jumlah tentara di Afghanistan telah mencapai titik terendah dalam 19 tahun ini, meskipun ia tidak menyebutkan jumlahnya. Februari lalu, pemerintahan Trump mencapai kesepakatan dengan Taliban untuk mengurangi jumlah tentara Amerika secara bertahap hingga tak ada lagi yang tersisa sebelum Mei 2021, meskipun tidak jelas bagaimana pemerintahan mendatang Biden akan melaksanakannya.

Presiden terpilih Joe Biden, yang menganjurkan untuk mempertahankan satu kekuatan kontraterorisme kecil di Afghanistan sebagai cara untuk memastikan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaida tidak lagi dapat melancarkan serangan terhadap AS, menghadapi sejumlah pertanyaan mengenai Afghanistan. Salah satunya adalah bagaimana dan apakah akan melanjutkan pengurangan tentara tersebut lebih jauh.

Trump dalam pernyataan singkatnya menyinggung keinginan lamanya untuk menarik pasukan Amerika sepenuhnya keluar dari Afghanistan. “Saya akan selalu berkomitmen untuk menghentikan perang tidak akhir,” katanya, mengacu pada perang-perang berlarut-larut yang menyeret AS di Afghanistan sejak 2001 dan di Irak hampir sepanjang waktu sejak 2003.

Meskipun para pejabat militer senior telah memperingatkan untuk tidak terlalu cepat mengurangi pasukan di Afghanistan, Penjabat Menteri Pertahanan Christopher Miller mengumumkan pada 17 November bahwa ia menerapkan perintah Trump. Akibatnya, para komandan militer bergegas menarik lebih dari 1.500 tentara keluar negara itu dalam beberapa pekan terakhir. Atas perintah Trump, para komandan juga mengurangi jumlah tentara AS di Irak menjadi 2.500 dari sekitar 3.000 pada periode yang sama.

Keputusan mengenai Afghanistan itu dianggap sebagian kalangan sebagai hal tidak perlu yang bakal merumitkan pengambilan keputusan pemerintahan mendatang. Trump pada waktu itu menolak mengakui bahwa ia telah kalah pemilu dan akan menyerahkan kekuasaan kepada Biden pada 20 Januari. Sebagian kalangan di Kongres, termasuk rekan-rekannya dari partai Republik, menentang keputusan Trump itu. [uh/ab]