Washington semakin kesal dengan hubungan yang terus merenggang antara kedua sekutu terkuatnya di Asia tersebut terkait perilaku Jepang pada masa perang.
Amerika Serikat pada Selasa (4/3) meminta sekutu-sekutu terdekatnya di Asia, Jepang dan Korea Selatan, untuk memperbaiki hubungan-hubungan mereka yang renggang, dengan mengatakan ada keperluan mendesak untuk mengekang diri dalam hal "isu-isu bersejarah yang sulit."
Komentar Wakil Menteri Luar Negeri Daniel Russel tersebut mencerminkan kekesalan yang meningkat di Washington terhadap jarak yang semakin besar antara Tokyo dan Seoul terkait perilaku Jepang di masa lalu pada zaman perang.
Hubungan tersebut memburuk lagi saat pemerintahan nasionalis Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, baru-baru ini mengumumkan akan mengkaji bukti yang mendasari permintaan maaf pada 1993 atas prostitusi paksa selama Perang Dunia II. Presiden Korea Selatan Park Geun-hye telah memperingatkan bahwa pengkajian ulang permintaan maaf itu hanya akan mengisolasi Jepang.
Dalam kesaksian di Kongres, Russel mengatakan perlu ada upaya-upaya kuat dari kedua belah pihak untuk mengendurkan ketegangan. Ia menambahkan isu-isu historis harus ditanggulangi "dengan cara yang mendorong penyembuhan."
Meski jumlahnya beragam, beberapa ahli sejarah mengatakan ada sampai 200.000 perempuan dari Asia, sebagian besar dari Korea, yang dipaksa menjadi budak seks untuk melayani para tentara Jepang selama Perang Dunia II.
Para nasionalis Jepang telah lama bersikeras bahwa para perempuan di rumah-rumah bordil pada masa perang merupakan pekerja seks sukarela, bukan budak seks, dan bahwa Jepang telah secara tidak adil mendapat kritikan atas sebuah praktik yang mereka sebut umum terjadi di negara manapun yang sedang berperang.
Perseteruan antara Jepang dan Korea Selatan telah menghambat upaya-upaya yang didukung AS untuk membentuk kerjasama keamanan yang lebih erat diantara mereka. Kedua negara tersebut menjadi tuan rumah bagi hampir 80.000 tentara Amerika. Meski berseteru, keduanya adalah demokrasi liberal dan menghadapi ancaman yang sama dari Korea Utara.
Senator Ben Cardin mentatakan retorika Perdana Menteri Jepang mengenai masalah-masalah historis "semakin mengkhawatirkan banyak pihak." Ia juga mengatakan China terlihat mencoba meningkatkan ketegangan antara Jepang dan Korea Selatan.
Michael Auslin, ahli studi tentang Asia di American Enterprise Institute di Washington, mengatakan bahwa ketegangan-ketegangan antara Jepang dan Korea Selatan ada di tingkat tertinggi sejak puluhan tahun terakhir dan sepertinya memburuk.
Ia mengatakan hal tersebut membuat "optimisasi" kehadiran keamanan AS di timur laut Asia menjadi sulit, dan tampaknya belum ada prospek dari dua negara tersebut untuk mengesampingkan perbedaan segera. (AP/Matthew Pennington)
Komentar Wakil Menteri Luar Negeri Daniel Russel tersebut mencerminkan kekesalan yang meningkat di Washington terhadap jarak yang semakin besar antara Tokyo dan Seoul terkait perilaku Jepang di masa lalu pada zaman perang.
Hubungan tersebut memburuk lagi saat pemerintahan nasionalis Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, baru-baru ini mengumumkan akan mengkaji bukti yang mendasari permintaan maaf pada 1993 atas prostitusi paksa selama Perang Dunia II. Presiden Korea Selatan Park Geun-hye telah memperingatkan bahwa pengkajian ulang permintaan maaf itu hanya akan mengisolasi Jepang.
Dalam kesaksian di Kongres, Russel mengatakan perlu ada upaya-upaya kuat dari kedua belah pihak untuk mengendurkan ketegangan. Ia menambahkan isu-isu historis harus ditanggulangi "dengan cara yang mendorong penyembuhan."
Meski jumlahnya beragam, beberapa ahli sejarah mengatakan ada sampai 200.000 perempuan dari Asia, sebagian besar dari Korea, yang dipaksa menjadi budak seks untuk melayani para tentara Jepang selama Perang Dunia II.
Para nasionalis Jepang telah lama bersikeras bahwa para perempuan di rumah-rumah bordil pada masa perang merupakan pekerja seks sukarela, bukan budak seks, dan bahwa Jepang telah secara tidak adil mendapat kritikan atas sebuah praktik yang mereka sebut umum terjadi di negara manapun yang sedang berperang.
Perseteruan antara Jepang dan Korea Selatan telah menghambat upaya-upaya yang didukung AS untuk membentuk kerjasama keamanan yang lebih erat diantara mereka. Kedua negara tersebut menjadi tuan rumah bagi hampir 80.000 tentara Amerika. Meski berseteru, keduanya adalah demokrasi liberal dan menghadapi ancaman yang sama dari Korea Utara.
Senator Ben Cardin mentatakan retorika Perdana Menteri Jepang mengenai masalah-masalah historis "semakin mengkhawatirkan banyak pihak." Ia juga mengatakan China terlihat mencoba meningkatkan ketegangan antara Jepang dan Korea Selatan.
Michael Auslin, ahli studi tentang Asia di American Enterprise Institute di Washington, mengatakan bahwa ketegangan-ketegangan antara Jepang dan Korea Selatan ada di tingkat tertinggi sejak puluhan tahun terakhir dan sepertinya memburuk.
Ia mengatakan hal tersebut membuat "optimisasi" kehadiran keamanan AS di timur laut Asia menjadi sulit, dan tampaknya belum ada prospek dari dua negara tersebut untuk mengesampingkan perbedaan segera. (AP/Matthew Pennington)