Rusia justru meningkatkan kehadiran militer dan mengepung sebagian besar Ukraina meskipun Moskow mengklaim telah menarik pasukannya, demikian disampaikan oleh Amerika Serikat (AS) dan pemimpin NATO, Jens Stoltenberg, pada Rabu (16/2).
“Lebih banyak pasukan Rusia – bukan lebih sedikit – yang berada di perbatasan Ukraina dan mereka, secara mengkhawatirkan, bergerak ke posisi tempur,” demikian kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan.
BACA JUGA: Stoltenberg: NATO Harus Siap Hadapi Kemungkinan TerburukDi Brussels, pada pertemuan para menteri pertahanan 30 negara anggota NATO, Stoltenberg mengatakan, “Kami sudah mendengar tanda-tanda dari Moskow tentang kesediaannya untuk meneruskan upaya diplomatik. Tetapi sejauh ini, kami tidak menyaksikan deeskalasi di lapangan. Sebaliknya, tampaknya Rusia meneruskan peningkatan kehadiran militernya.”
Kepala Intelijen Estonia Mikk Marran mengklaim bahwa Rusia akan meluncurkan sebuah serangan “terbatas” terhadap Ukraina, termasuk pemboman dengan rudal dan menduduki “daerah kunci.”
“Saat ini, penilaian kami adalah mereka akan menghindari kota-kota dengan populasi besar, karena butuh banyak pasukan untuk mengendalikan daerah seperti itu,” demikian katanya kepada reporter. “Tetapi tidak ada pemahaman yang jelas jalur apa yang akan dimanfaatkan oleh pasukan Rusia itu.”
Pejabat AS dan Ukraina mengatakan, mereka tidak melihat bukti dari penarikan sebagian pasukan Rusia yang secara total berjumlah 150 ribu, yang dikerahkan ke perbatasan utara, timur, dan selatan dari wilayah bekas republik Soviet itu.
Rochan Consulting, konsultan pertahanan yang berbasis di Polandia yang melacak gerakan militer lewat foto satelit, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa lebih banyak kereta militer tiba di dekat wilayah Ukraina sejak Moskow mengumumkan bahwa pihaknya tengah menarik beberapa pasukan kembali ke pangkalan mereka.
“Tidak ada petunjuk bahwa pasukan sedang ditarik. Nyatanya, justru sebaliknya,” demikian kata laporan itu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam acara Good Morning America di stasiun TV ABC, mengatakan, “Sayangnya terdapat perbedaan antara apa yang dikatakan Rusia dan apa yang dilakukannya, dan yang kita saksikan tidak ada penarikan yang bermakna terjadi.”
“Sebaliknya, kami terus melihat pasukan, khususnya pasukan di garis depan dari setiap agresi baru terhadap Ukraina, masih terus berada di perbatasan, berkumpul di perbatasan,” demikian ditambahkannya.
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan, “Kita berada pada titik di mana kami yakin serangan bisa dilakukan kapan saja dan hal itu akan didahului dengan sebuah dalih palsu yang oleh pihak Rusia digunakan sebagai alasan untuk melancarkan invasi.”
BACA JUGA: AS Sebut Tuduhan Baru terhadap Pengkritik Kremlin Navalny ‘Meragukan’Dalam sebuah pidato pendek di Gedung Putih pada Selasa (15/2), Presiden AS Joe Biden memperingatkan bahwa “invasi tetap menjadi kemungkinan yang besar,” sraya menambahkan bahwa invasi oleh Moskow bisa mengarah pada “penderitaan manusia yang luar biasa.”
Kremlin mengejek pandangan analis Barat bahwa perang sudah dekat, dan juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada reporter bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin “kadang-kadang secara bergurau menanyakan apakah waktu persis kapan perang akan dilancarkan sudah diumumkan.” [jm/rd]
Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.