AS: Pembicaraan dengan Rusia dapat Berlangsung pada Januari

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara kepada awak media dalam konferensi pers di kantor Kementerian Luar Negeri di Washington, pada 21 Desember 2021. (Foto: Reuters/Evelyn Hockstein)

Amerika Serikat (AS) berpendapat pembicaraan bilateral dengan Rusia seputar peningkatan kekuatan militernya di sepanjang wilayah perbatasan dengan Ukraina bisa dimulai pada Januari, demikian kata diplomat senior Departemen Luar Negeri AS, meskipun Presiden Rusia Vladimir Putin menuduh AS dan sekutu-sekutunya sebagai penyebab ketegangan di kawasan itu.

“Kita siap untuk terlibat secara diplomatik lewat berbagai saluran,” kata Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dalam sebuah konferensi pers pada Selasa (21/12).

BACA JUGA: Putin Resmikan Kapal Selam Baru Bertenaga Nuklir Rusia

“Saya rasa Anda akan menyaksikan beberapa pertemuan terkait semua bidang pada awal tahun mendatang, untuk melihat apakah kami bisa memajukan perbedaan-perbedaan (yang terjadi) ini secara diplomatik,” demikian ditambahkan oleh Blinken, mengacu pada Dialog Stabilitas Strategik AS Rusia dan lewat Dewan NATO-Rusia, serta juga Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa atau OSCE.

Diplomat senior itu juga memperingatkan adanya “konsekuensi sangat besar” apabila Rusia “melibatkan diri dalam tindakan agresi lebih jauh terhadap Ukraina.”

Sementara itu, Karen Donfried, Wakil Menteri Luar Negeri untuk urusan Eropa dan Eurasia, mengatakan kepada reporter bahwa AS dan Rusia akan menyepakati tanggal untuk mulai membahas tuntutan Moskow agar NATO mengakhiri kegiatan militernya di Eropa Timur dan Ukraina.

Tetapi Donfried memperingatkan, “Kita sudah menjelaskan bahwa setiap dialog harus didasarkan pada langkah timbal-balik, tanggapi keprihatinan kita sehubungan tindakan Rusia, dan berlangsung lewat koordinasi penuh dengan sekutu-sekutu dan mitra-mitra Eropa kita.”

BACA JUGA: Pihak Barat Masih Memperdebatkan Kemungkinan Pemberian Sanksi terhadap Rusia

“Saya pertegas, tidak akan ada pembicaraan tentang keamanan Eropa tanpa keikutsertaan Eropa,” kata Donfried.

Rusia telah mengerahkan 100 ribu pasukan di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina timur, demikian taksiran pihak Barat, setelah Rusia secara unilateral melakukan aneksasi Semenanjung Krimea milik Ukraina pada 2014.

AS telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa Rusia kemungkinan akan melakukan invasi ke dalam wilayah Ukraina tahun depan, tetapi memperkirakan Putin belum memutuskan apakah akan melancarkan serangan. [jm/my]