Amerika Serikat mengatakan, Rabu (22/7), telah memerintahkan China untuk menutup konsulatnya di Houston untuk melindungi hak kekayaan intelektual dan informasi pribadi Amerika.
Berbicara dalam kunjungannya ke Denmark, Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo kembali mengulangi tuduhannya tentang pencurian kekayaan intelektual Amerika dan Eropa oleh China, di mana ia mengatakan “telah menimbulkan kerugian ribuan lapangan kerja.”
Meskipun tidak merinci perintah penutupan kantor konsulat China di Houston, Pompeo merujuk pada dakwaan Departemen Kehakiman Amerika hari Selasa (21/7) terhadap dua warga China atas apa yang disebutnya sebagai kampanye spionase dunia maya selama sepuluh tahun, yang menarget kontraktor pertahanan, penelitian virus corona dan ratusan korban lain di seluruh dunia.
“Presiden Trump telah mengatakan cukup. Kami tidak lagi akan membiarkan hal ini terjadi. Ini tindakan yang diambil Presiden Trump dan kami akan terus melakukan hal ini,” kata Pompeo.
BACA JUGA: AS Tuduh 2 Warga China Retas Data Covid-19, Rahasia PertahananChina mengutuk langkah tersebut, yang muncul pada saat meningkatnya ketegangan antara kedua ekonomi terbesar di dunia itu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin menyebut langkah Amerika yang menurutnya keterlaluan dan tidak dapat dibenarkan, merusak hubungan kedua negara.
Ia memperingatkan, China kemungkinan akan mengambil tindakan balasan jika AS tidak membatalkan keputusan itu, “Penutupan Konsulat Jenderal China di Houston secara sepihak, dan lewat pemberitahuan mendadak, merupakan tindakan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam aksi-aksi Amerika terhadap China,” kata Wang pada konferensi pers harian di Beijing.
Selain Kedubes di Beijing, Amerika Serikat memiliki lima konsulat di daratan utama China. Konsulat-konsulat itu terletak di Shanghai, Guangzhou, Chengdu, Wuhan dan Shenyang.
Media-media berita di Houston mengatakan, pihak berwenang menanggapi laporan adanya kebakaran di Konsulat China di Houston, Selasa (21/7). Houston Chronicle belakangan menyebut, apa yang diduga kebakaran itu ternyata hanyalah api yang muncul dari tong sampah yang berisi tumpukan kertas yang dibakar sejumlah pegawai konsulat itu. Menurut harian itu, polisi mendapat laporan bahwa gedung konsulat itu harus dikosongkan sebelum Jumat pukul 4 sore.
Amerika Serikat tidak mengungkapkan secara rinci tuduhan yang melatarbelakangi penutupan konsulat China itu.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Morgan Ortagus, dalam pernyataannya hanya mengatakan, “Amerika Serikat tidak mentolerir pelanggaran China terhadap kedaulatan negara, intimidasi terhadap rakyat Amerika dan tindakan-tindakan lain China yang mengkhawatirkan.”
BACA JUGA: Jaksa Agung AS: China Terlibat dalam ‘Serangan Ekonomi’Wang menuduh AS sering membongkar tanpa izin tas-tas diplomatik China, menyita barang-barang milik China yang akan digunakan untuk tujuan resmi dan memberlakukan pembatasan-pembatasan terhadap para diplomat China pada Oktober tahun lalu dan Juni tahun ini. Ia juga mengatakan, para diplomat AS di China terlibat dalam kegiatan-kegiatan intelijen.
“Jika membandingkan kedua negara, jelas terlihat siapa yang paling terlibat dalam aksi campur tangan, penyusupan dan konfrontasi,” kata Wang. Ia juga mengatakan, Kedubes China di Washington telah menerima ancaman bom dan ancaman pembunuhan, dan menyalahkan pemerintah AS karena mengobarkan sentimen anti-China. [ab/uh]