Majelis Umum PBB pada hari Kamis (30/5) menuai kritik, karena memberikan penghormatan kepada mendiang Presiden Iran Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter. Amerika memboikot pertemuan itu.
Setelah mengheningkan cipta selama satu menit, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban kecelakaan 19 Mei, serta kepada rakyat Iran.
“Saya ingin memastikan bahwa PBB berdiri dalam solidaritas dengan rakyat Iran dan dalam upaya mencapai perdamaian, pembangunan, dan kebebasan mendasar,” kata Guterres.
“PBB akan berpegang pada Piagam untuk membantu mewujudkan perdamaian dan keamanan, pembangunan berkelanjutan dan hak asasi manusia untuk semua,” tambahnya.
BACA JUGA: Pakar: Presiden Iran Mendatang Tidak Akan Berbeda dengan Figur RaisiKetika ditanya mengenai ucapan belasungkawa Sekjen PBB, beberapa hari setelah kematian pemimpin itu, juru bicara resmi Guterres membela pendiriannya.
Sekretaris Jenderal “tidak pernah segan untuk mengungkapkan keprihatinan yang mendalam mengenai situasi hak asasi manusia di Iran, terutama mengenai isu-isu perempuan,” kata Stephane Dujarric.
“Hal ini tidak menghentikannya untuk menyampaikan belasungkawa ketika kepala negara salah satu negara anggota organisasi ini, dan seorang menteri luar negeri, yang sering dijumpainya, meninggal dalam kecelakaan helikopter,” tambahnya.
Majelis Umum memberi penghormatan kepada setiap kepala negara anggota PBB yang meninggal sewaktu menjabat, termasuk Presiden Namibia Hage Geingob, pendukung kemerdekaan, pada Februari lalu, dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il pada tahun 2011. [ps/jm]