AS Rundingkan Kesepakatan Pembelian Pil Eksperimental COVID Pfizer

Paxlovid, pil COVID-19 Pfizer, terlihat diproduksi di Ascoli, Italia, pada 16 November 2021. (Foto: Pfizer via Reuters)

Berbagai media berita menyatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang berencana membelanjakan 5 miliar dolar untuk membeli pil antivirus eksperimental baru Pfizer yang dirancang untuk mengobati COVID-19, cukup banyak untuk mencakup 10 juta dosis.

Rencana ini terungkap sehari setelah perusahaan farmasi AS itu mengumumkan telah menandatangani kesepakatan dengan organisasi kesehatan masyarakat dukungan PBB yang berbasis di Jenewa, Medicines Patent Pool, untuk mengizinkan produsen obat generik memproduksi pil COVID-19 eksperimentalnya untuk 95 negara.

Kesepakatan itu akan membuat pil tersebut tersedia bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, yang mencakup 53 persen populasi dunia.

BACA JUGA: Pfizer Izinkan Pembuat Obat Generik Produksi Pil Percobaan COVID-19

Pfizer menyatakan pil baru itu, Paxlovid, mengurangi risiko rawat inap dan kematian hampir 90 persen pada orang-orang dengan kasus COVID yang ringan hingga moderat. Para pakar independen merekomendasikan diakhirinya kajian Pfizer itu karena hasilnya yang membesarkan hati.

Kesepakatan hari Selasa (16/11) antara Pfizer dan Medicines Patent Pool itu bersamaan waktunya dengan pendaftaran Pfizer ke Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Amerika (FDA) untuk mendapatkan izin penggunaan obat itu dalam situasi darurat.

“Ini cukup signifikan karena kami akan dapat memberikan akses ke obat yang tampaknya efektif dan baru saja dikembangkan, kepada lebih dari 4 miliar orang,” kata Esteban Burrone dari Medicines Patent Pool.

Yuanqiong Hu, penasihat kebijakan hukum senior di organisasi Dokter Tanpa Tapal Batas, mengatakan, organisasi tersebut kecewa karena kesepakatan itu tidak membuat pil tersebut tersedia untuk semua negara.

Gambar tak bertanggal yang disediakan oleh Merck & Co. ini menunjukkan obat antivirus baru mereka. (Foto: AP)

“Dunia tahu sekarang ini bahwa akses ke perangkat medis COVID-19 perlu dijamin untuk semua orang, di mana pun, jika kita benar-benar ingin mengendalikan pandemi ini,” ujarnya.

Pfizer tidak akan menerima pembayaran atas penjualan di negara-negara berpenghasilan rendah, di mana kurang dari 1 persen dari dosis vaksin COVID-19-nya telah diberikan. Perusahaan itu juga akan membebaskan royalti atas penjualan di semua negara yang dicakup dalam kesepakatan itu selagi COVID-19 masih menjadi masalah darurat kesehatan masyarakat.

Medicines Patent Pool Oktober lalu mengumumkan bahwa perusahaan farmasi AS lainnya, Merck, setuju untuk mengizinkan perusahaan-perusahaan lain membuat pil COVID-19-nya tersedia di 105 negara miskin.

BACA JUGA: Peneliti Indonesia di AS Temukan Calon Vaksin COVID-19 yang Mudah Diproduksi di Tanah Air

Merck menyatakan pil antivirusnya mengurangi risiko sakit parah karena COVID-19 hingga setengahnya sewaktu diberikan tidak lama setelah munculnya gejala-gejala pertama.

Pemerintahan Biden telah berjanji akan membelanjakan sekitar 2,2 miliar dolar untuk membeli sekitar 3,1 juta dosis pil Merck begitu pil itu disetujui penggunaannya oleh FDA. Sebuah panel penasihat FDA akan bertemu pada 30 November untuk membahas pil COVID-19 Merck. Regulator obat Inggris memberikan izin bagi pil Merck sebelumnya bulan ini.

Terlepas dari keputusan Pfizer dan Merck untuk berbagi paten obat COVID-19 mereka, Pfizer dan produsen vaksin lainnya telah menolak untuk merilis formula vaksin mereka untuk diproduksi secara lebih luas. [uh/lt]