Pemerintahan Presiden Joe Biden, pada Selasa (13/9), membuat rencana darurat yang bertujuan memastikan pengiriman barang-barang penting tidak terganggu jika sistem kereta api di Amerika Serikat berhenti berfungsi karena adanya mogok kerja.
Pemerintah juga mendorong agar perusahaan kereta api dan serikat pekerja dapat segera mencapai kesepakatan, guna menghindari pemberhentian sistem yang dapat memengaruhi layanan bagi angkutan dan penumpang.
BACA JUGA: Lufthansa Bergegas Cegah Pemogokan Pilot ke-2 Terkait GajiPotensi penutupan, yang bisa terjadi paling cepat pada hari Jumat (16/9) mendatang, dapat menghentikan hampir 30 persen pengiriman barang di AS, memperburuk inflasi, menghambat pasokan makanan dan bahan bakar, merugikan ekonomi AS sekitar $2 miliar per hari, dan menghambat transportasi.
Perusahaan kereta api termasuk Union Pacific, BNSF Berkshire Hathaway, CSX dan Norfolk Southern diberi tenggat waktu hingga pukul 12 lewat satu menit setelah tengah malam pada Jumat, untuk mencapai kesepakatan sementara dengan tiga serikat pekerja yang mewakili sekitar 60.000 pegawai.
Terdapat beberapa opsi yang mungkin terjadi pada Jumat mendatang. Jika kesepakatan tidak tercapai, Para pekerja kemungkinan akan melakukan mogok kerja atau penutupan perusahaan.
BACA JUGA: Tuntut Kenaikan Gaji, Ribuan Pegawai Pos Lakukan Pemogokan di InggrisOpsi lain, pihak perusahaan kereta api dan serikat pekerja juga dapat mencapai persetujuan dalam perundingan yang berlangsung. Kongres AS yang dipimpin Demokrat juga dapat melakukan intervensi dengan memperpanjang pembicaraan atau menetapkan persyaratan untuk penyelesaian masalah.
Rencana darurat pemerintahan Biden dibuat saat saat sejumlah pihak dari industri makanan, energi, otomotif and ritel telah meminta Kongres AS untuk melakukan intervensi pada masalah tersebut. Para perwakilan industri itu mengatakan penutupan sistem kereta api nasional dapat berdampak pada semua hal, mulai dari pasokan gandum global hingga pengiriman barang-barang terkait dengan belanja menjelang Hari Natal. [ps/rs]