Menlu Kerry: AS Tak Bisa Lawan Ekstremisme dengan Anggaran Kecil

Menteri Luar Negeri John Kerry bersaksi di hadapan subkomite Senat di Capitol Hill, Washington untuk membela permintaan anggaran untuk operasi diplomasi (24/2). (AP/J. Scott Applewhite)

Departemen Luar Negeri meminta anggaran US$3,5 miliar untuk melawan Negara Islam (ISIS) di Irak dan Suriah, mendukung keamanan wilayah, menyediakan bantuan kemanusiaan.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Selasa (24/2), menyebut ancaman dari Negara Islam (ISIS) dan ekstremisme dengan kekerasan "tantangan sebuah generasi," saat berbicara pada panel anggaran Senat untuk menyampaikan kebijakan luar negeri pemerintahan Presiden Barack Obama.

Diplomat tertinggi negara itu mengatakan pada Komite Anggaran Senat bahwa kelompok-kelompok ekstremis brutal seperti ISIS merepresentasikan "langkah mundur yang mengerikan dalam konteks gerakan dunia menuju peradapan dan aturan hukum."

Departemen Luar Negeri meminta anggaran US$3,5 miliar untuk melawan ISIS di Irak dan Suriah, mendukung keamanan regional dan menyediakan bantuan kemanusiaan di wilayah tersebut. Namun ancaman tersebut, tambah Kerry, meluas di luar kelompok itu menjadi semua ekstremis dengan kekerasan, dan diperlukan strategi komprehensif untuk menghapuskannya.

Senator Steve Daines dari Partai Republik mengatakan pada Selasa bahwa "akar permasalahan" eksremisme dengan kekerasan "lebih pada lapangan pekerjaan dan tata kelola, namun kembali pada ideologi."

Kerry menjawab, "Memang betul, tapi mengapa seseorang jatuh ke dalam idelogi tersebut? Mengapa seseorang berpikir memenggal kepala orang itu adalah ide yang baik?"

Menlu Kerry mengatakan permohonan anggaran departemennya termasuk untuk membiayai program media sosial dan upaya-upaya lain untuk menangkis propaganda canggih dan efektif yang disebarkan ISIS melalui YouTube, Twitter, Facebook dan sarana-sarana lain untuk menarik lebih banyak pengikut.

"Tidak ada satu cara ampuh yang dapat menyelesaikan ini. Harus melalui pendekatan holistik," ujar Kerry pada panel tersebut.

Ia menambahkan bahwa AS memimpin perlawanan terhadap ekstremisme dengan kekerasan namun memerlukan sumber-sumber daya lebih besar untuk mencapai tujuan.

"Fakta sederhananya adalah kita tidak dapat memimpin, kita tidak dapat melakukan apa yang harus kita lakukan di dunia, dengan anggaran kecil," ujarnya.