Seorang pejabat tinggi Amerika Serikat mengatakan bahwa AS mengharapkan perselisihan di Selat Taiwan diselesaikan secara damai dan menentang perubahan sepihak apa pun terhadap status quo, ketika Taiwan bersiap merayakan berdirinya Republik China pada Kamis (10/10).
Republik Rakyat China (RRC) merayakan hari nasionalnya pada tanggal 1 Oktober, menandai berdirinya negara itu pada tahun 1949. Taiwan memilih tanggal 10 Oktober yang dikenal sebagai Hari Sepuluh Ganda, untuk merayakan berdirinya Republik China pada tahun 1912, hanya beberapa bulan setelah pemberontakan yang dimulai 10 Oktober 1911.
China biasanya memantau dengan cermat pidato para pemimpin Taiwan selama perayaan Hari Sepuluh Ganda. Sejak Presiden Taiwan yang terpilih secara demokratis, Lai Ching-te, menjabat pada bulan Mei, Beijing meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan, menganggap Lai sebagai “separatis.”
Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink, pada Selasa (8/10) mengatakan, “kepentingan mendasar AS adalah menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” menegaskan kembali bahwa kebijakan “Satu China” yang sudah lama dinyatakan oleh Washington, tetap tidak berubah, “dipandu oleh Undang-undang Hubungan Taiwan, tiga Komunike Bersama, dan Enam Jaminan.”
BACA JUGA: Mantan Presiden Taiwan akan Lakukan Lawatan Sensitif ke Praha“Kami menentang perubahan sepihak terhadap status quo oleh kedua belah pihak, kami tidak mendukung kemerdekaan Taiwan, dan mengharapkan perbedaan lintas selat itu diselesaikan secara damai,” kata Kritenbrink kepada VOA.
Berbicara dalam sebuah acara pada Sabtu (5/10) lalu, Lai mencatat bahwa China merayakan hari jadinya yang ke-75 pada tanggal 1 Oktober, dan dalam beberapa hari lagi, akan menjadi ulang tahun ke-113 Republik China.
“Dari segi usia, jelas mustahil Republik Rakyat China dianggap sebagai ibu pertiwi dari warga Republik China. Sebaliknya, Republik China mungkin adalah tanah air bagi rakyat RRC yang berusia lebih dari 75 tahun,” kata Lai kepada hadirin di Taipei.
Para pejabat RRC sebagian besar tetap bungkam terhadap pernyataan Lai, namun beberapa analis mengatakan hal itu mungkin terjadi karena Beijing sedang bersiap untuk meluncurkan latihan militer lagi setelah Lai menyampaikan pidato Hari Sepuluh Ganda. [ps/uh]