AS Tekankan Sejumlah Prinsip dalam Mengakui Pemerintah Baru Suriah 

  • Associated Press

Anggota pasukan pemberontak Suriah merobek lukisan yang menampilkan Presiden Suriah yang digulingkan Bashar al-Assad dan mendiang ayahnya, Hazef Assad, yang berada di Bandara Internasional Aleppo, pada 2 Desember 2024. (Foto: AP/Ghaith Alsayed)

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada para wartawan mengatakan bahwa AS mendukung transisi politik “yang mengarah pada pemerintahan yang kredibel, inklusif dan non-sektarian.” 

Pemerintahan Presiden Joe Biden mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengakui dan mendukung pemerintahan baru Suriah yang meninggalkan terorisme, menghancurkan persediaan senjata kimia, dan melindungi hak-hak kaum minoritas dan perempuan.

Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam sebuah pernyataan pada Selasa (10/12) mengatakan AS akan bekerja sama dengan kelompok-kelompok di Suriah dan mitra-mitra regional untuk memastikan bahwa transisi dari pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang digulingkan berjalan dengan lancar. Ia tidak menyebutkan secara spesifik kelompok-kelompok mana saja yang akan bekerja sama dengan AS.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller kepada para wartawan mengatakan bahwa AS mendukung transisi politik “yang mengarah pada pemerintahan yang kredibel, inklusif dan non-sektarian.”

“Menghormati hak-hak minoritas, memfasilitasi bantuan kemanusiaan, mencegah Suriah digunakan sebagai basis terorisme, atau menjadi ancaman bagi negara-negara tetangganya,” kata Miller. “Mengamankan dan menghancurkan dengan aman setiap persediaan senjata kimia,” tambahnya.

BACA JUGA: Suriah Pasca-Assad: Minoritas Alawit Hadapi Ketidakpastian di Bawah Kendali Pemberontak Islamis 

Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa rakyat Suriah harus memutuskan masa depan mereka dan bahwa negara-negara lain harus “mendukung proses yang inklusif dan transparan” dan tidak ikut campur.

“Sejauh ini, Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) menggunakan kata-kata yang tepat, tetapi kita tentu saja akan menilai mereka bukan dari kata-kata itu, tetapi dari tindakan mereka dalam beberapa hari ke depan, beberapa minggu ke depan, beberapa bulan ke depan,” ujar Miller.

Di sisi lain, Miller mengatakan bahwa AS tetap yakin bahwa jurnalis Amerika yang hilang, Austin Tice, masih hidup sejak ditangkap di Suriah lebih dari satu dekade lalu.

“Kami terus menjelaskan dalam semua percakapan kita, baik dengan pihak-pihak yang berada di lapangan di Suriah, maupun dengan pihak-pihak yang mungkin berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berada di lapangan di Suriah, bahwa kita tidak memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada kembalinya Austin Tice dengan selamat kepada keluarganya.”

Pemerintahan Biden juga telah mengisyaratkan persetujuannya atas serangan Israel terhadap militer Suriah dan target-target yang diduga menggunakan senjata kimia serta perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, Suriah, setelah jatuhnya pemerintahan Assad.

Israel mengatakan pihaknya telah membom lebih dari 350 lokasi militer di Suriah dalam 48 jam sebelumnya, dengan menargetkan “sebagian besar persediaan senjata strategis” di negara tersebut.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa gelombang serangan tersebut diperlukan untuk menjaga agar senjata-senjata tersebut tidak digunakan untuk melawan Israel setelah keruntuhan pemerintah Suriah.

Israel juga mengakui bahwa pasukannya telah mendesak masuk ke zona penyangga perbatasan di dalam Suriah, yang didirikan setelah perang Timur Tengah tahun 1973. Namun, Israel membantah bahwa pasukannya bergerak maju pada hari Selasa menuju ibu kota Suriah, Damaskus.

“Pada akhirnya, kita ingin melihat perjanjian tahun 1974 ditegakkan,” kata Miller. [my/ab]