Memasuki hari ke-20 Perang Israel-Hamas, Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya masih terus merundingkan bantuan kemanusiaan tambahan bagi warga sipil di Gaza, sambil berupaya mengamankan warga Amerika Serikat yang berada di Gaza agar dapat keluar.
"Belum ada cukup bantuan yang masuk," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller. "Tetapi kami sedang mempersiapkan mekanisme untuk mempercepat pemeriksaan bantuan kemanusiaan itu sehingga semakin banyak yang dapat melintasi pintu perbatasan dan menjangkau warga sipil tidak berdosa di Gaza yang membutuhkannya."
Anggota keluarga dari enam warga AS yang terjebak di Gaza, pada Kamis (26/10), memohon kepada Presiden Joe Biden untuk membantu keluarga mereka keluar dari apa yang awalnya merupakan liburan yang sudah lama ditunggu-tunggu, yang kini berubah menjadi mimpi mengerikan dengan bombardir serangan dan asap.
BACA JUGA: Perunding Qatar Perkirakan Hamas akan Bebaskan Seluruh Sandera dalam Beberapa Hari Ke DepanShamiss Kaoud, 33, yang berasal dari Moreno Valley, California, mengatakan ia dan adiknya telah menelpon Departemen Luar Negeri setiap hari untuk berupaya menghubungi Jamal, ayah mereka yang berusia 68 tahun, empat saudaranya dan seorang sepupunya yang telah dievakuasi dari zona perang itu.
Kelompok itu melakukan perjalanan ke Gaza pada akhir September lalu untuk mengunjungi keluarga mereka. Sejak pecahnya perang Israel-Hamas pada 7 Oktober lalu, mereka telah tiga kali mendatangi pintu perbatasan Rafah, tetapi tetap tidak dapat keluar.
Miller mengatakan terdapat dua pintu gerbang terpisah di perbatasan Rafah. Satu pintu dikelola oleh petugas-petugas dari Mesir, sementara pintu lainnya dijaga oleh Hamas. Miller mengatakan kadang-kadang tidak ada satu pun anggota Hamas yang berjaga, namun di lain waktu, kelompok itu melarang siapa pun mendekati pintu perbatasan itu.
Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) di Los Angeles, Hussam Ayloush, mengatakan Departemen Luar Negeri memperkirakan terdapat sekitar 600 warga Amerika keturunan Palestina yang kini terjebak di Gaza.
Militer Israel mengatakan pasukannya dan beberapa tank sempat memasuki bagian utara Gaza pada Kamis malam, menandai serangan ketiga Israel sejak perang berkecamuk lebih dari dua minggu lalu.
Sejumlah serangan udara telah meluluhlantakkan sebagian wilayah Jalur Gaza dan warga mulai kehabisan barang kebutuhan pokok mereka.
Sementara itu, seorang pejabat Hamas mengatakan kelompok militan Palestina itu "membutuhkan lebih banyak" intervensi dari sekutu-sekutunya.
Kementerian Kesehatan Hamas, pada Kamis, mengatakan sejauh ini lebih dari 7.000 warga Palestina telah tewas terbunuh dalam perang tersebut. Sementara itu di Departemen Luar Negeri AS, Miller mengatakan pihaknya belum dapat melakukan evaluasi sendiri tentang jumlah korban tewas dalam perang itu. Tetapi mereka tidak mempercayai kredibilitas Hamas.
BACA JUGA: Militer Israel: Pasukan Telah Mulai Mengawali Operasi Darat di Jalur Gaza"Kami skeptis tentang apapun yang disampaikan Hamas," ujar Miller kepada wartawan, seraya menambahkan "tetapi tentu saja sejumlah warga sipil telah tewas, dan inilah yang membuat kami melakukan apapun untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa dari pihak warga sipil dan memastikan agar lebih banyak bantuan dapat masuk ke Gaza."
Pejabat-pejabat Israel mengatakan serangan Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu telah menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Sejumlah pejabat lain dan Amerika khwatir pertempuran itu akan meluas dan menjadi konflik kawasan yang lebih luas. [em/rs]