Amerika Serikat akan terus memberikan informasi intelijen kepada Ukraina setelah terjadi perombakan personel di lingkaran terdekat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, kata Departemen Luar Negeri AS pada Senin (18/7).
Zelenskyy memecat teman masa kecilnya dari posisi kepala dinas keamanan Ukraina serta seorang sekutu dekatnya yang lain dari jabatan jaksa agung dalam perombakan pejabat Kyiv terbesar di tengah perang, dengan alasan kegagalan keduanya untuk membasmi mata-mata Rusia.
Zelenskyy mengakui bahwa kedua sekutunya – Kepala Dinas Keamanan SBU Ivan Bakanov dan Jaksa Agung Iryna Venediktova – telah gagal mengidentifikasi “pengkhianat” dalam organisasi mereka.
“Kami terus berkomunikasi dengan mitra Ukraina kami setiap hari. […] Kami tidak berinvestasi pada perorangan, melainkan institusi,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price kepada wartawan dalam konferensi pers.
“Kami memang berbagi data intelijen dengan rekan-rekan Ukraina kami. […] Kami akan tetap melakukan hal tersebut,” tambahnya.
Lebih dari 60 pejabat dalam badan keamanan SBU yang dipimpin Bakanov dan kantor Kejaksaan Agung Ukraina berkhianat di wilayah yang diduduki Rusia, dan 651 kasus pengkhianatan dan kolaborasi pun telah dibuka terhadap para pejabat penegak hukum, kata Zelenskyy sebelumnya.
Sebelum invasi terjadi, Zelenskyy, yang dipuji di panggung dunia sebagai pemimpin perang yang tegas, dikritik dengan tuduhan menunjuk teman-temannya serta pihak luar lainnya untuk menduduki jabatan yang tidak mereka kuasai.
Bakanov, teman Zelenkyy sejak kecil di selatan Ukraina, telah membantu bisnis media Zelenskyy selama karir televisinya. Ia kemudian memimpin kampanye yang berujung pada kemenangan telak Zelenskyy dalam pemilihan presiden.
Sementara Venediktova, seorang ahli hukum yang baru pekan lalu menghadiri pertemuan di Den Haag untuk membahas upaya internasional untuk menuntut kejahatan perang Rusia di Ukraina, telah menjadi penasihat Zelenskyy dalam bidang reformasi peradilan sejak ia terjun ke dunia politik. [rd/em]