Departemen Luar Negeri AS telah menyatakan tidak mendukung rencana Pakistan membangun jaringan pipa untuk mengimpor gas dari Iran.
Juru bicara Departemen luar Negeri Matthew Miller menolak mengomentari sanksi yang mungkin dihadapi Pakistan karena mengimpor energi dari Iran. Namun, ia memperingatkan Islamabad agar tidak melanjutkan rencana itu.
“Tetapi kami selalu menyarankan siapa pun bahwa berbisnis dengan Iran menghadapi risiko terkena dampak sanksi kami, dan akan menganjurkan semua orang untuk mempertimbangkan itu dengan sangat hati-hati,” kata Miller. Ia menambahkan bahwa “asisten menteri luar negeri telah menjelaskan pekan lalu, kami tidak mendukung dilanjutkannya rencana jaringan pipa ini.”
Donald Lu, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk kawasan Asia Selatan dan Tengah memberitahu Komite Luar Negeri DPR AS Rabu lalu dalam sebuah dengar keterangan bahwa mengimpor gas dari Iran akan membuat Pakistan terkena sanksi AS.
BACA JUGA: Pakistan: Tidak Perlu Izin AS untuk Membangun Pipa Gas dengan IranPemerintahan sementara Pakistan menyetujui pembangunan jalur satu segmen sepanjang 80 kilometer pada Februari lalu, terutama untuk menghindari pembayaran denda $18 miliar kepada Iran karena bertahun-tahun menangguhkan proyek tersebut.
Pernyataan Miller muncul setelah media Pakistan, Selasa (26/3) melaporkan bahwa Islamabad berencana untuk meminta keringanan sanksi dari AS. “Kami akan mengupayakan keringanan dari sanksi AS. Pakistan tidak mampu menanggung sanksi dalam proyek jaringan pipa gas,” kata Menteri Perminyakan Musadik Malik kepada media dalam perbincangan informal, menurut laporan Dawn News.
VOA menghubungi Malik untuk mendapatkan rincian tetapi belum mendapat tanggapan.
Lu mengatakan kepada komite DPR itu pekan lalu bahwa Washington “belum mendengar dari pemerintah Pakistan mengenai keinginan mendapatkan keringanan dari sanksi Amerika yang sudah pasti muncul dari proyek semacam itu.”
Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan Islamabad tidak memerlukan keringanan untuk membangun jaringan pipa gas.
“Ini merupakan satu segmen dalam jaringan pipa yang dibangun di dalam teritori Pakistan. Jadi kami tidak yakin saat ini bahwa ada ruang untuk mendiskusikan atau keringanan dari pihak ketiga,” kata Mumtaz Zahra Baloch, juru bicara kementerian luar negeri Pakistan Kamis lalu sewaktu menanggapi pertanyaan VOA pada acara konferensi pers mingguan.
Pakistan dan Iran menandatangani perjanjian pada Juni 2009 untuk membangun jaringan pipa untuk memasok 750 juta hingga 1 miliar kaki kubik gas alam Iran per hari ke Pakistan.
Dalam tahap pertama yang disetujui baru-baru ini, Pakistan akan membangun satu segmen jaringan pipa sepanjang 80 kilometer dari perbatasannya dengan Iran ke kota pelabuhannya, Gwadar, di provinsi barat daya, Balochistan.
Iran mengklaim telah menuntaskan pembangunan 900 kilometer jaringan pipa sepanjang 900 kilometer di wilayahnya pada tahun 2011. Pakistan menunda pembangunan di wilayahnya, terutama karena takut akan sanksi AS.
Teheran dikenai sanksi Washington terkait program nuklirnya. [uh/ab]