Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken hari Jumat (3/2) menunda perjalanan ke China hanya beberapa jam sebelum berangkat, setelah sebuah balon mata-mata China ditemukan terbang di atas wilayah udara AS.
Para pejabat AS mengatakan kepada wartawan bahwa Blinken tidak ingin insiden (balon mata-mata, red.) tersebut mendominasi diskusi kunjungannya. Kunjungan yang sudah dijadwalkan tersebut merupakan yang pertama bagi Blinken sebagai menteri luar negeri.
Berita itu muncul tak lama setelah juru bicara kementerian luar negeri China mengonfirmasi bahwa balon itu memang milik China. Juru bicara mengatakan itu adalah pesawat sipil yang digunakan terutama untuk penelitian meteorologi dan "telah menyimpang dari jalur yang direncanakan."
Juru bicara itu mengatakan China menyesali masuknya balon secara tidak disengaja ke wilayah udara AS dan akan terus berkomunikasi dengan Amerika Serikat mengenai masalah tersebut.
Para pejabat pertahanan AS menemukan balon itu pada Rabu (1/2) di atas negara bagian Montana, wilayah Amerika barat laut, yang merupakan salah satu lokasi dari tiga pangkalan Angkatan Udara AS yang mengoperasikan dan memelihara rudal balistik antarbenua.
BACA JUGA: Pentagon: Balon Mata-mata China Terlihat di Wilayah Barat ASLalu lintas udara dari bandara di kota Billings, Montana, terhenti sebentar pada hari Rabu ketika AS mengerahkan jet tempur untuk melacak balon tersebut.
Juru bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder mengatakan balon itu terbang jauh di atas lalu lintas udara komersial dan tidak menimbulkan ancaman militer atau fisik bagi orang-orang di darat. Pejabat pertahanan lain mengatakan mereka memilih untuk tidak menembak jatuh balon tersebut karena takut bisa mendarat di daerah berpenduduk.
Seorang pejabat senior AS mengatakan kepada wartawan bahwa mereka yakin balon itu dirancang untuk "pengawasan dan jelas mereka mencoba menerbangkan balon ini ke tempat-tempat sensitif ... untuk mengumpulkan informasi."
Dalam sebuah wawancara dengan VOA, Timothy Heath dari Rand Corporation mengatakan penggunaan balon semacam itu dianggap sebagai cara pengumpulan intelijen yang relatif ketinggalan zaman karena sebagian besar negara menggunakan satelit untuk mengumpulkan data semacam itu.
Namun Heath mengatakan teknologi baru memungkinkan mereka lebih mudah dikendalikan dan seringkali lebih sulit dideteksi oleh radar. Ia mengatakan, balon yang berukuran kira-kira sebesar tiga bus sekolah ini juga dapat melayang di atas suatu area dalam waktu yang lebih lama.
BACA JUGA: China akan Verifikasi Balon Mata-Matanya di ASDalam sebuah wawancara terpisah, analis Patrick Cronin dari Hudson Institute mengatakan kepada VOA bahwa balon itu adalah “tindakan canggung pengumpulan intelijen oleh China,” dan mengatakan Amerika Serikat harus menyiapkan “tanggapan tajam yang tepat” terhadap tindakan tersebut.
Para ahli mengatakan AS dan Uni Soviet menggunakan balon pengintai yang serupa selama Perang Dingin.
Balon mata-mata biasanya beroperasi pada ketinggian 80-120 ribu kaki (sekitar 25 - 37 kilometer), jauh di atas tingkat pengoperasian lalu lintas penerbangan komersial dan jet tempur. [pp]
Beberapa informasi untuk laporan ini disediakan oleh Associated Press dan Reuters.