Seorang pejabat antiterorisme terkemuka di Washington DC mengatakan meskipun masih terdapat keraguan atas manfaat dari apa yang disebut sebagai "serangan yang melumpuhkan," yang merupakan operasi Amerika Serikat untuk membunuh para pemimpin senior kelompok teroris, hal itu kini mulai meenunjukkan hasil.
Baik kelompok teroris ISIS maupun Al Qaeda kini terpaksa untuk "bertahan hidup", menyusul kematian para pemimpin mereka akibat operasi yang dilancarkan AS pada tahun ini, kata Direktur Pusat Antiterorisme Nasional AS, Christine Abizaid, pada Kamis (15/9).
BACA JUGA: Komando Pusat Angkatan Bersenjata AS Desak Repatriasi Anggota ISIS dari SuriahAbizaid mengatakan ISIS kini terpaksa untuk memusatkan kembali perhatiannya setelah kematian mantan pangeran Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurashi, yang juga dikenal sebagai Hajji 'Abdallah, dalam serangan pasukan khusus AS di barat laut Suriah pada Februari lalu.
Ketika itu pejabat senior militer AS menggambarkan kematian Abu Ibrahim sebagai “pukulan telak” bagi kelompok tersebut, sebuah penilaian yang didasarkan atas cara-cara operasi ISIS dalam beberapa bulan terakhir.
Demikian pula serangan udara AS yang menewaskan pemimpin lama Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri, pada akhir Juli, yang berdampak besar terhadap organisasi teror tersebut.
"Saya rasa (kematian al-Zawahiri) begitu penting bukan hanya karena kehadirannya menebar ancaman, tapi juga perannya dalam membangun hubungan pada jaringan Al Qaeda," kata Abizaid. "Hubungan tersebut kini merenggang karena ia sudah tidak lagi berada di medan tempur."
"Semakin lemahnya dan semakin porak porandanya jaringan Al Qaeda, saya pikir, semakin baik pula hal tersbeut bagi keamanan nasional AS," tambahnya. [ps/em/rs]