Badan-badan intelijen AS telah menyimpulkan bahwa agen-agen China membantu menyebarkan pesan-pesan palsu yang mengklaim pemerintahan Presiden Donald Trump berencana memberlakukan lockdown nasional untuk memerangi wabah virus corona, sebut harian New York Times.
Menurut harian tersebut, pesan-pesan itu, yang pertama kali muncul bulan lalu dalam bentuk SMS di ponsel dan berita di media sosial, mengklaim bahwa Trump akan mengumumkan lockdown begitu tentara ditempatkan “untuk membantu mencegah penjarah dan perusuh.” Pesan-pesan itu menjadi begitu meluas tersebar selama dua hari berikutnya sehingga Dewan Keamanan Nasional segera mengeluarkan pernyataan melalui Twitter yang menyatakan pesan itu palsu.
BACA JUGA: Ketidakpastian Informasi dan Hoaks, Picu Sentimen Anti-ChinaHarian itu mendasarkan laporannya pada informasi dari enam pejabat Amerika dari enam lembaga berbeda yang berbicara dengan syarat anonim. Dua di antara pejabat itu menyatakan mereka meyakini pesan-pesan tersebut tidak dibuat oleh agen-agen China, tetapi memperkuat pesan-pesan yang telah ada.
Kementerian Luar Negeri China menyebut tuduhan itu “sama sekali omong kosong dan tidak layak untuk dibantah.”
BACA JUGA: Tangkal Hoaks, PBB Banjiri Internet dengan Informasi Terkait CoronaAS dan China terlibat dalam perang informasi terkait siapa yang harus dipersalahkan dalam pandemi COVID-19. Presiden Trump sebelumnya menyebut penyakit itu sebagai “virus China,” mengacu pada fakta bahwa virus itu pertama kali dideteksi di kota Wuhan, China akhir tahun lalu, sementara para pejabat AS lainnya telah menuduh Beijing kurang transparan pada awal perebakan wabah.
Juru bicara kementerian luar negeri China Zhao Lijian melalui suatu cuitan di Twitter bulan lalu menuduh militer AS membawa virus itu ke Wuhan.
Para pejabat AS membantah tuduhan tersebut. [uh/ab]