Sekelompok peneliti Amerika sedang membuat sebuah alat yang berpotensi untuk mencegah orang yang sedang mabuk mengemudikan mobil.
Sean Jones, 37 tahun, meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 2005. Ia adalah putra Bettye Jones. Sejak kecelakaan itu Bettye Jones selalu memajang foto puteranya di ruang tamu. “Ia suka bercerita dan bercanda,” kenang Jones tentang puteranya itu.
Kecelakaan terjadi ketika mobil Sean yang sedang berhenti di lampu lalu lintas ditabrak seorang pengemudi mabuk yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan 140 kilometer per jam. Sean meninggal seketika dalam kecelakaan itu.
Hampir 11.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan mobil, satu korban jiwa setiap 50 menit. Sejumlah aktivis pendukung gerakan pencegahan menyetir dalam keadaan mabuk mengatakan bahwa penyebaran informasi untuk meningkatkan kesadaran dan undang-undang yang diterapkan selama ini, belum banyak membuahkan hasil, sehingga mereka mengalihkan perhatiannya kepada sebuah peralatan canggih yang dibuat setelah insiden 9/11 untuk benar-benar menghentikan tindakan menyupir dalam keadaan mabuk.
Kini para peneliti sedang membuat dua alat pengaman yang tidak terlihat dan dapat dipasang di dalam mobil. Alat itu akan mendeteksi secara otomatis jika pengemudi baru saja minum minuman beralkohol.
Alat yang dipasang dekat posisi pengemudi itu mengunakan sensor infra merah yang dapat mendeteksi kadar alkohol si pengemudi saat ia bernafas. Alat lainnya yang dipasang di kemudi atau di dashboard akan dapat mendeteksi kadar alkohol lewat sentuhan kulit si pengemudi. Jika kedua alat itu mendeteksi kadar alkohol si pengemudi tersebut melampaui batas normal, maka secara otomatis, mesin mobil tidak dapat dinyalakan.
Jan Withers kehilangan putrinya yang meninggal dalam kecelakaan serupa beberapa tahun lalu. Ia berharap, melalui penyebaran informasi dapat ditingkatkan kesadaran para pengemudi akan bahaya mengemudi dalam keadaan mabuk. Namun, usaha penyebaran informasi saja dirasa tidak cukup, karena masih ada saja pengemudi yang mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk. Jan Withers kini mengetuai perhimpunan Mothers Against Drunk Driving. Menurut Withers, alat yang dapat dipasang pada mobil itu merupakan teknologi baru yang benar-benar dapat menghentikan tindakan mengemudi dalam keadaan mabuk.
“Undang-undang yang kita miliki saat ini, tidak menghentikan pengemudi menyupir dalam keadaan mabuk. Dengan teknologi canggih ini kami berharap, tidak akan ada lagi orang yang mengalami tragedi mengerikan itu,” paparnya.
Para peneliti mengatakan, mungkin akan perlu waktu satu dekade lagi untuk menyempurnakan alat yang merupakan hasil teknologi baru itu. Namun yang pasti, jika alat pengaman itu sudah siap digunakan, para aktivis itu berusaha agar perusahaan-perusahaan pembuat mobil memasang alat pengaman itu pada setiap mobil baru yang akan diproduksi.
Kecelakaan terjadi ketika mobil Sean yang sedang berhenti di lampu lalu lintas ditabrak seorang pengemudi mabuk yang mengendarai mobilnya dengan kecepatan 140 kilometer per jam. Sean meninggal seketika dalam kecelakaan itu.
Hampir 11.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat kecelakaan mobil, satu korban jiwa setiap 50 menit. Sejumlah aktivis pendukung gerakan pencegahan menyetir dalam keadaan mabuk mengatakan bahwa penyebaran informasi untuk meningkatkan kesadaran dan undang-undang yang diterapkan selama ini, belum banyak membuahkan hasil, sehingga mereka mengalihkan perhatiannya kepada sebuah peralatan canggih yang dibuat setelah insiden 9/11 untuk benar-benar menghentikan tindakan menyupir dalam keadaan mabuk.
Kini para peneliti sedang membuat dua alat pengaman yang tidak terlihat dan dapat dipasang di dalam mobil. Alat itu akan mendeteksi secara otomatis jika pengemudi baru saja minum minuman beralkohol.
Alat yang dipasang dekat posisi pengemudi itu mengunakan sensor infra merah yang dapat mendeteksi kadar alkohol si pengemudi saat ia bernafas. Alat lainnya yang dipasang di kemudi atau di dashboard akan dapat mendeteksi kadar alkohol lewat sentuhan kulit si pengemudi. Jika kedua alat itu mendeteksi kadar alkohol si pengemudi tersebut melampaui batas normal, maka secara otomatis, mesin mobil tidak dapat dinyalakan.
Jan Withers kehilangan putrinya yang meninggal dalam kecelakaan serupa beberapa tahun lalu. Ia berharap, melalui penyebaran informasi dapat ditingkatkan kesadaran para pengemudi akan bahaya mengemudi dalam keadaan mabuk. Namun, usaha penyebaran informasi saja dirasa tidak cukup, karena masih ada saja pengemudi yang mengendarai mobilnya dalam keadaan mabuk. Jan Withers kini mengetuai perhimpunan Mothers Against Drunk Driving. Menurut Withers, alat yang dapat dipasang pada mobil itu merupakan teknologi baru yang benar-benar dapat menghentikan tindakan mengemudi dalam keadaan mabuk.
“Undang-undang yang kita miliki saat ini, tidak menghentikan pengemudi menyupir dalam keadaan mabuk. Dengan teknologi canggih ini kami berharap, tidak akan ada lagi orang yang mengalami tragedi mengerikan itu,” paparnya.
Para peneliti mengatakan, mungkin akan perlu waktu satu dekade lagi untuk menyempurnakan alat yang merupakan hasil teknologi baru itu. Namun yang pasti, jika alat pengaman itu sudah siap digunakan, para aktivis itu berusaha agar perusahaan-perusahaan pembuat mobil memasang alat pengaman itu pada setiap mobil baru yang akan diproduksi.