Asia Tenggara Cari Solusi dengan China setelah Kapal AS dan Kapal China Hampir Bertabrakan

Kapal perusak rudal USS Decatur (DDG 73) di Laut Cina Selatan, 13 Oktober 2016. (Foto: dok).

Kapal perang China dan kapal perang Amerika yang nyaris bertabrakan di Laut Cina Selatan yang diperebutkan telah mengguncang negara-negara Asia yang ekonomi dan keamanan militernya bergantung pada hubungan China-AS yang akhir-akhir ini tegang namun tanpa kekerasan.

USS Decatur berada pada jarak 40 meter dari sebuah kapal China di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan pada 30 September lalu, menyebabkan kapal Amerika harus mengubah haluan, kata laporan berbagai media. China mengklaim 90 persen dari laut yang berada di lepas pantai selatannya itu, tetapi Amerika Serikat mengatakan negara-negara lain memiliki hak hukum untuk menggunakannya.

BACA JUGA: Menhan AS akan Bertemu Sejawatnya dari China di Tengah Ketegangan Kedua Negara

Pada hari Sabtu, para menteri pertahanan dari 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), empat di antaranya menolak klaim China, menggunakan sebuah pertemuan di Singapura untuk mencari penjelasan dari peserta dari China dan Amerika termasuk Menteri Pertahanan Amerika James Mattis.

Negara-negara itu khawatir bahwa tabrakan nyata suatu hari nanti dapat mempercepat militerisasi laut oleh China untuk mengusir Amerika, kata para pakar. Negara-negara seperti Malaysia dan Vietnam tidak keberatan dengan pertikaian yang ada untuk mendapatkan uang dari China, yang menginginkan negara-negara itu berpihak, di samping perlindungan militer Amerika dari ancaman China.

Amerika Serikat tidak mengklaim jalur air seluas 3,5 juta kilometer persegi itu, tetapi ingin perairan itu tetap terbuka secara internasional. [lt]