Atlet badminton dari Indonesia, Tiongkok dan Korea Selatan diduga sengaja kalah bermain untuk mengincar lawan yang lebih menguntungkan.
Turnamen badminton pada Olimpiade London mengalami kericuhan Selasa (31/7) karena tim-tim ganda perempuan berusaha untuk kalah dalam babak penyisihan untuk mendapatkan lawan yang lebih menguntungkan pada babak berikutnya.
Para penonton di Wembley Arena berteriak dan mencemooh para pemain dari Tiongkok, Korea Selatan dan Indonesia karena terlihat sengaja bermain buruk dan asal-asalan supaya kalah. Federasi Badminton Dunia (BWF) akhirnya melakukan penyelidikan karena seluruh turnamen menjadi kacau.
“Kami akan melakukan diskusi malam ini untuk mengetahui apa yang terjadi,” Paisan Rangsikitpho, delegasi teknik pada turnamen tersebut, mengatakan pada kantor berita Reuters di Wembley Arena.
“Jika apa yang saya dengar itu benar, ini sesuatu yang memalukan dan saya tidak dapat menerimanya. Saya meminta maaf pada publik dan semua orang dan saya tidak senang [dengan hal ini]. Jika perlu kami akan berdiskusi semalaman,” ujarnya.
Kepala pelatih Korea Selatan Sung Han-kook mengakui bahwa salah satu dari dua pasangan ganda telah mencoba kalah dalam pertandingan melawan pasangan juara dunia dari Tiongkok dan tim Indonesia. Namun menurutnya hal itu merupakan pembalasan atas tim Tiongkok yang menghasut mereka.
Ia mengatakan bahwa mereka sengaja mencoba kalah dalam salah satu pertandingan ternoda itu supaya pasangan ganda andalan Tiongkok Yu Yang dan Wang Xiaoli tidak akan bertemu dengan pasangan ganda Tiongkok sampai babak penentuan medali emas.
“Tim Tiongkok memulainya duluan. Penentuan tim ini sesuatu yang kompleks. Mereka tidak mau bertemu satu sama lain di semifinal,” Sung mengatakan pada media lewat penerjemah.
“Jadi kami melakukan hal yang sama. Kami tidak ingin melawan tim Korea Selatan pada babak penentuan,” ujarnya.
Pada akhirnya, pasangan Tiongkok Yu dan Wang kalah dari pasangan Korea Selatan Jung Kyung-eun dan Kim Ha-na dengan skor 21-14 21-11, setelah wasit memperingatkan kedua tim bahwa mereka bisa didiskualifikasi.
Pada pertandingan tersebut, reli terlama hanya berlangsung empat pukulan saja.
Menghemat Tenaga
Para pemain dicemooh saat meninggalkan arena, dengan hasil pertandingan menempatkan Yu dan Wang di kelompok berbeda dengan tim Tiongkok lainnya.
Kepala pelatih Tiongkok yang sudah sangat berpengalaman, Li Yongbo, menyangkal semua tuduhan. “Tidak ada apa-apa. Ini hanya permainan,” ujar Li seraya tertawa sambil melangkah pergi.
Yu, yang memenangkan medali emas untuk nomor ganda pada Olimpiade Beijing bersama mitranya Du Jing, mengklaim bahwa ia dan kawan satu tim tidak berusaha terlalu keras untuk menyimpan energi dan kekuatan di babak penentuan.
“Sebenarnya lawan-lawan kami ini sangat tangguh. Ini untuk pertama kalinya kami menghadapi mereka dan besok adalah babak penentuan. Kami sudah masuk kualifikasi juga dan kami ingin memiliki tenaga lebih untuk babak penentuan,” ujarnya pada Reuters.
“Saya kira tidak perlu bermain terlalu keras jika babak penentuan berlangsung besok.”
Cemoohan penonton muncul lagi pada malam hari dalam pertandingan antara pasangan Korea Selatan Ha Jung-eun dan Kim Min-jing melawan tim Indonesia Greysia Polii dan Meiliana Jauhari, yang mengulang skenario konyol yang sama.
Setelah penonton berteriak “Keluar,” wasit muncul dan mengibaskan kartu hitam, yang mengindikasikan kedua tim didiskualifikasi. Keputusan itu diikuti teriakan persetujuan dari arah penonton.
Namun wasit mencabut keputusan tersebut beberapa saat kemudian saat pelatih dari kedua tim memohon pertandingan dapat dilanjutkan. Dengan enggan, pasangan Korea Selatan akhirnya memenangkan pertandingan dalam tiga set.
Juru bicara Komite Olimpiade mengatakan bahwa federasi badminton memiliki banyak pengalaman dalam menengahi pertandingan dan Komite percaya mereka akan menyelesaikan masalah ini dengan benar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
Para pemain dan pelatih dari tim-tim lain menunjukkan ketidaksenangan dan menyalahkan tim Tiongkok. Seorang pelatih dari Taiwan jelas-jelas menyalahkan tim Tiongkok karena insiden tersebut.
Pemain nomor tunggal dari Bulgaria, Alesia Zaitsave, mengatakan Tiongkok sering memanipulasi hasil untuk menghindari pertemuan antara tim satu negara.
“Mereka melakukannya berkali-kali tahun lalu. Tim senegara tidak pernah bertemu dalam 20 pertandingan. Mereka melakukan apa yang mereka inginkan,” ujarnya.
Pemain tunggal Jerman Marc Zwiebler mengatakan tim Korea Selatan memanipulasi permainan mereka pada Thomas Cup 2008.
“Dalam permainan melawan Inggris, mereka ingin mendapat giliran kedua dalam grupnya, jadi semua pemain ganda bermain nomor tunggal dan pemain tunggal bermain ganda. Di lapangan mereka hanya tertawa-tawa dan membiarkan Inggris menang,” ujar Zwiebler.
“Alhasil Inggris masuk peringkat tertinggi dalam grup dan harus melawan tim yang lebih kuat.”
Kepala pelatih Tiongkok, Li, mengatakan bahwa salah satu pemain tunggal perempuan harus kalah dalam pertandingan semifinal di Olimpiade Athena supaya kawan satu timnya Zhang Ning lebih bertenaga dalam final melawan pemain Belanda Mia Audina. Zhang akhirnya merebut medali emas.
“Jika kasusnya adalah mereka ingin sengaja kalah, maka hal ini sangat disayangkan. Sungguh suatu sikap yang bodoh dan memalukan,” ujar Zwieber.
“Saya dapat mengerti motifnya namun sampai mereka berani melakukan hal itu dalam pertandingan yang dipenuhi penonton dan menodai pertandingan, ini akan merusak citra badminton.”
Panitia mengeluarkan undian pemain pada Selasa, dengan semua tim yang terlibat masuk dalam perempat final. (Reuters/Ian Ransom)
Para penonton di Wembley Arena berteriak dan mencemooh para pemain dari Tiongkok, Korea Selatan dan Indonesia karena terlihat sengaja bermain buruk dan asal-asalan supaya kalah. Federasi Badminton Dunia (BWF) akhirnya melakukan penyelidikan karena seluruh turnamen menjadi kacau.
“Kami akan melakukan diskusi malam ini untuk mengetahui apa yang terjadi,” Paisan Rangsikitpho, delegasi teknik pada turnamen tersebut, mengatakan pada kantor berita Reuters di Wembley Arena.
“Jika apa yang saya dengar itu benar, ini sesuatu yang memalukan dan saya tidak dapat menerimanya. Saya meminta maaf pada publik dan semua orang dan saya tidak senang [dengan hal ini]. Jika perlu kami akan berdiskusi semalaman,” ujarnya.
Kepala pelatih Korea Selatan Sung Han-kook mengakui bahwa salah satu dari dua pasangan ganda telah mencoba kalah dalam pertandingan melawan pasangan juara dunia dari Tiongkok dan tim Indonesia. Namun menurutnya hal itu merupakan pembalasan atas tim Tiongkok yang menghasut mereka.
Ia mengatakan bahwa mereka sengaja mencoba kalah dalam salah satu pertandingan ternoda itu supaya pasangan ganda andalan Tiongkok Yu Yang dan Wang Xiaoli tidak akan bertemu dengan pasangan ganda Tiongkok sampai babak penentuan medali emas.
“Tim Tiongkok memulainya duluan. Penentuan tim ini sesuatu yang kompleks. Mereka tidak mau bertemu satu sama lain di semifinal,” Sung mengatakan pada media lewat penerjemah.
“Jadi kami melakukan hal yang sama. Kami tidak ingin melawan tim Korea Selatan pada babak penentuan,” ujarnya.
Pada akhirnya, pasangan Tiongkok Yu dan Wang kalah dari pasangan Korea Selatan Jung Kyung-eun dan Kim Ha-na dengan skor 21-14 21-11, setelah wasit memperingatkan kedua tim bahwa mereka bisa didiskualifikasi.
Pada pertandingan tersebut, reli terlama hanya berlangsung empat pukulan saja.
Menghemat Tenaga
Para pemain dicemooh saat meninggalkan arena, dengan hasil pertandingan menempatkan Yu dan Wang di kelompok berbeda dengan tim Tiongkok lainnya.
Kepala pelatih Tiongkok yang sudah sangat berpengalaman, Li Yongbo, menyangkal semua tuduhan. “Tidak ada apa-apa. Ini hanya permainan,” ujar Li seraya tertawa sambil melangkah pergi.
Yu, yang memenangkan medali emas untuk nomor ganda pada Olimpiade Beijing bersama mitranya Du Jing, mengklaim bahwa ia dan kawan satu tim tidak berusaha terlalu keras untuk menyimpan energi dan kekuatan di babak penentuan.
“Sebenarnya lawan-lawan kami ini sangat tangguh. Ini untuk pertama kalinya kami menghadapi mereka dan besok adalah babak penentuan. Kami sudah masuk kualifikasi juga dan kami ingin memiliki tenaga lebih untuk babak penentuan,” ujarnya pada Reuters.
“Saya kira tidak perlu bermain terlalu keras jika babak penentuan berlangsung besok.”
Cemoohan penonton muncul lagi pada malam hari dalam pertandingan antara pasangan Korea Selatan Ha Jung-eun dan Kim Min-jing melawan tim Indonesia Greysia Polii dan Meiliana Jauhari, yang mengulang skenario konyol yang sama.
Setelah penonton berteriak “Keluar,” wasit muncul dan mengibaskan kartu hitam, yang mengindikasikan kedua tim didiskualifikasi. Keputusan itu diikuti teriakan persetujuan dari arah penonton.
Namun wasit mencabut keputusan tersebut beberapa saat kemudian saat pelatih dari kedua tim memohon pertandingan dapat dilanjutkan. Dengan enggan, pasangan Korea Selatan akhirnya memenangkan pertandingan dalam tiga set.
Juru bicara Komite Olimpiade mengatakan bahwa federasi badminton memiliki banyak pengalaman dalam menengahi pertandingan dan Komite percaya mereka akan menyelesaikan masalah ini dengan benar dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
Para pemain dan pelatih dari tim-tim lain menunjukkan ketidaksenangan dan menyalahkan tim Tiongkok. Seorang pelatih dari Taiwan jelas-jelas menyalahkan tim Tiongkok karena insiden tersebut.
Pemain nomor tunggal dari Bulgaria, Alesia Zaitsave, mengatakan Tiongkok sering memanipulasi hasil untuk menghindari pertemuan antara tim satu negara.
“Mereka melakukannya berkali-kali tahun lalu. Tim senegara tidak pernah bertemu dalam 20 pertandingan. Mereka melakukan apa yang mereka inginkan,” ujarnya.
Pemain tunggal Jerman Marc Zwiebler mengatakan tim Korea Selatan memanipulasi permainan mereka pada Thomas Cup 2008.
“Dalam permainan melawan Inggris, mereka ingin mendapat giliran kedua dalam grupnya, jadi semua pemain ganda bermain nomor tunggal dan pemain tunggal bermain ganda. Di lapangan mereka hanya tertawa-tawa dan membiarkan Inggris menang,” ujar Zwiebler.
“Alhasil Inggris masuk peringkat tertinggi dalam grup dan harus melawan tim yang lebih kuat.”
Kepala pelatih Tiongkok, Li, mengatakan bahwa salah satu pemain tunggal perempuan harus kalah dalam pertandingan semifinal di Olimpiade Athena supaya kawan satu timnya Zhang Ning lebih bertenaga dalam final melawan pemain Belanda Mia Audina. Zhang akhirnya merebut medali emas.
“Jika kasusnya adalah mereka ingin sengaja kalah, maka hal ini sangat disayangkan. Sungguh suatu sikap yang bodoh dan memalukan,” ujar Zwieber.
“Saya dapat mengerti motifnya namun sampai mereka berani melakukan hal itu dalam pertandingan yang dipenuhi penonton dan menodai pertandingan, ini akan merusak citra badminton.”
Panitia mengeluarkan undian pemain pada Selasa, dengan semua tim yang terlibat masuk dalam perempat final. (Reuters/Ian Ransom)