Ibtihaj Muhammad berharap perempuan di seluruh dunia tidak terhalangi persepsi gender dan agama dalam meraih mimpi jadi atlet.
DAKAR —
Ibtihaj Muhammad adalah atlet perempuan Muslim pertama yang pernah bertanding mewakili Amerika Serikat pada kompetisi internasional. Ia berbicara dengan murid-murid sekolah khusus perempuan di Dakar, Jumat (7/2), mengenai pengalamannya sebagai pemain anggar yang kebetulan keturunan Afrika dan beragama Islam.
Tumbuh dan besar di New Jersey, atlet berusia 28 tahun itu mengatakan ia mencintai olahraga, namun sering kesulitan menemukan tempatnya.
"Beranjak besar terutama dalam umur seperti ini, kita semua ingin disukai oleh teman-teman kita; kita semua ingin cocok dengan teman-teman kita. Namun sebagai perempuan Muslim, karena saya menutupi seluruh bagian tubuh saya dengan pakaian, saya selalu harus mengubah seragam saya," ujarnya.
"Jadi kalau saya bermain tenis, sepakbola atau berlari di lapangan, dan rekan saya yang lain menggunakan celana pendek atau kaos berlengan pendek, saya harus selalu memakai lengan yang panjang atau celana panjang, dan sulit bagi saya sebagai anak-anak, karena saya merasa tidak sepadan dengan lingkungan."
Adalah ibunya yang mendukung untuk mencoba olahraga anggar – sebuah olahraga dimana pesaingnya harus menggunakan pakaian yang menutupi seluruh bagian badan, kepala dan bahkan tangan.
Dalam anggar, dua petarung saling berhadapan dalam sebuah pertarungan anggar yang sangat tinggi teknis permainannya, menghasilkan poin untuk setiap kali mereka menyentuh lawannya dengan anggar itu. Muhammad mengatakan olahraga ini mirip permainan catur – Anda harus terus berpikir untuk bertindak lebih dulu dan mengalahkan lawan.
Muhammad mulai berlatih anggar pada 1999 ketika berusia 13 tahun. Ia mengincar masuk tim nasional Amerika pada 2007 ketika ia sadar bahwa tidak ada perwakilan dari minoritas.
Ia mengatakan walaupun orang berbicara bahwa perempuan Muslim berkulit hitam tidak bermain anggar, ia tetap melakukannya. Pada 2011, ia menjadi atlet perempuan hitam muslim pertama yang mewakili Amerika. Ia sekarang menduduki peringkat kedua di Amerika dan 10 di dunia.
Amy Gaye Ndeye, 18, seorang siswi dari sekolah perempuan John F. Kennedy di Dakar, mengatakan Muhammad menjadi inspirasi bagi semua perempuan yang meiliki mimpi menjadi seorang atlet.
"Di sini, di Senegal, biasanya hanya laki-laki yang berolahraga. Namun sekarang, perempuan memandang bahwa mereka juga bisa berkompetisi dalam olahraga. Ia mengatakan bahwa ia dan teman-teman lainnya mengagumi atlet seperti Muhammad karena memberi contoh bagi semua perempuan yang hanya ingin memainkan olahraga yang mereka gemari," ujar Ndeye.
Muhammad mengatakan ia berharap anak-anak perempuan dan perempuan dewasa di seluruh dunia tidak akan pernah lagi membiarkan pemamahaman yang salah mengenai ras, gender atau agama mendefinisikan siapa mereka atau menghentikan mereka dari melakukan apa yang mereka inginkan. (VOA/Jennifer Lazuta)
Tumbuh dan besar di New Jersey, atlet berusia 28 tahun itu mengatakan ia mencintai olahraga, namun sering kesulitan menemukan tempatnya.
"Beranjak besar terutama dalam umur seperti ini, kita semua ingin disukai oleh teman-teman kita; kita semua ingin cocok dengan teman-teman kita. Namun sebagai perempuan Muslim, karena saya menutupi seluruh bagian tubuh saya dengan pakaian, saya selalu harus mengubah seragam saya," ujarnya.
"Jadi kalau saya bermain tenis, sepakbola atau berlari di lapangan, dan rekan saya yang lain menggunakan celana pendek atau kaos berlengan pendek, saya harus selalu memakai lengan yang panjang atau celana panjang, dan sulit bagi saya sebagai anak-anak, karena saya merasa tidak sepadan dengan lingkungan."
Adalah ibunya yang mendukung untuk mencoba olahraga anggar – sebuah olahraga dimana pesaingnya harus menggunakan pakaian yang menutupi seluruh bagian badan, kepala dan bahkan tangan.
Dalam anggar, dua petarung saling berhadapan dalam sebuah pertarungan anggar yang sangat tinggi teknis permainannya, menghasilkan poin untuk setiap kali mereka menyentuh lawannya dengan anggar itu. Muhammad mengatakan olahraga ini mirip permainan catur – Anda harus terus berpikir untuk bertindak lebih dulu dan mengalahkan lawan.
Muhammad mulai berlatih anggar pada 1999 ketika berusia 13 tahun. Ia mengincar masuk tim nasional Amerika pada 2007 ketika ia sadar bahwa tidak ada perwakilan dari minoritas.
Ia mengatakan walaupun orang berbicara bahwa perempuan Muslim berkulit hitam tidak bermain anggar, ia tetap melakukannya. Pada 2011, ia menjadi atlet perempuan hitam muslim pertama yang mewakili Amerika. Ia sekarang menduduki peringkat kedua di Amerika dan 10 di dunia.
Amy Gaye Ndeye, 18, seorang siswi dari sekolah perempuan John F. Kennedy di Dakar, mengatakan Muhammad menjadi inspirasi bagi semua perempuan yang meiliki mimpi menjadi seorang atlet.
"Di sini, di Senegal, biasanya hanya laki-laki yang berolahraga. Namun sekarang, perempuan memandang bahwa mereka juga bisa berkompetisi dalam olahraga. Ia mengatakan bahwa ia dan teman-teman lainnya mengagumi atlet seperti Muhammad karena memberi contoh bagi semua perempuan yang hanya ingin memainkan olahraga yang mereka gemari," ujar Ndeye.
Muhammad mengatakan ia berharap anak-anak perempuan dan perempuan dewasa di seluruh dunia tidak akan pernah lagi membiarkan pemamahaman yang salah mengenai ras, gender atau agama mendefinisikan siapa mereka atau menghentikan mereka dari melakukan apa yang mereka inginkan. (VOA/Jennifer Lazuta)