AU Ukraina Hancurkan Kapal Rusia di Krimea

Kapal pendarat Novocherkassk milik Rusia tampak sedang berlayar di Selat Bosphorus menuju Laut Tengah, di Istanbul, Turki, 5 Mei 2021. (Foto: Yorus Isik/Reuters)

Angkatan udara Ukraina, Selasa (26/12), mengatakan pihaknya telah menghancurkan sebuah kapal pendarat di Krimea. Kapal tersebut bagian dari armada Rusia di Laut Hitam dan diduga membawa drone buatan Iran.

Dalam kiriman teks melalui aplikasi Telegram, angkatan udara Ukraina mengidentifikasi kapal itu sebagai Novocherkask dan bahwa rudal jelajah telah menghantamnya di wilayah Fedosia.

Komandan Angkatan Udara Ukraina Mykola Oleshchuk membagikan video di Telegram yang menunjukkan ledakan besar di Feodosia di Krimea.

“Dan armada di Rusia semakin kecil,” kata Oleshchuk.

Militer Ukraina pada Selasa juga melaporkan menembak jatuh 13 dari 19 drone yang digunakan Rusia dalam serangan semalam. Dikatakan bahwa drone-drone itu dihancurkan di wilayah Odesa, Kherson, Mykolaiv dan Khmelnytskyi.

Rusia, Senin (25/12), mengklaim bahwa pasukannya telah merebut kota Maryinka yang strategis di Ukraina timur. Namun, Ukraina membantah klaim tersebut, dan melaporkan bahwa pasukannya berhasil menghalau tiga “serangan yang tidak berhasil” di dekat komunitas yang hancur dan hampir ditinggalkan tersebut.

“Tidak benar kalau Maryinka telah direbut,” kata juru bicara militer Ukraina Oleksandr Shtupun kepada TV Ukraina menyusul klaim yang dibuat Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu dalam pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin yang disiarkan di televisi.

“Perjuangan untuk Maryinka berlanjut,” kata Shtupun. “Saat ini, prajurit kami berada di dalam perbatasan administratif Maryinka, tetapi kota tersebut telah hancur total,” tambahnya.

Maryinka adalah kota yang relatif kecil. Populasi sebelum perang di bawah 10.000 jiwa. Namun, menurut intelijen Inggris, militer Rusia berusaha merebutnya supaya maju lebih jauh ke barat dan melindungi kota Donetsk yang diduduki dengan lebih baik.

Ukraina juga mengatakan pada Senin (25/12) bahwa pihaknya telah menerima pendanaan $1,34 miliar, sebagian besar melalui Bank Dunia. Sebagian dana itu akan digunakan untuk mengompensasi program sosial karena anggarannya digunakan untuk kebutuhan keamanan dan pertahanan.

Kementerian Keuangan mengatakan paket terdiri dari pinjaman $1,086 miliar dari Bank Dunia, hibah $190 juta dari Norwegia, $50 juta dari Amerika Serikat (AS), dan $20 juta dari Swiss.

“Bantuan keuangan internasional merupakan kontribusi yang signifikan untuk menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi Ukraina dan memungkinkan kami memastikan prioritas pengeluaran sosial selama perang,” kata Menteri Keuangan Serhiy Marchenko.

“Sejak awal invasi besar-besaran, pemerintah Jepang, AS, Norwegia, dan Swiss telah berulang kali menunjukkan dukungan dan solidaritas yang teguh bagi Ukraina,” tambahnya.

Senin malam, teks rancangan undang-undang yang diunggah di situs parlemen Ukraina mengusulkan diturunkannya usia warga negara yang dapat dimobilisasi untuk tugas tempur, dari 27 tahun menjadi 25 tahun. Teks rancangan undang-undang (RUU) itu memerinci siapa yang harus mendaftar untuk wajib militer dan menyebutkan bahwa itu akan berlaku bagi mereka “yang telah mencapai usia 25 tahun.”

Presiden Zelenskyy mengatakan pada konferensi pers akhir tahun pada 19 Desember bahwa militer mengusulkan agar memobilisasi 450.000-500.000 lebih warga Ukraina. Namun ini adalah masalah yang “sangat sensitif” sehingga militer dan pemerintah akan membahasnya sebelum memutuskan apakah akan mengirim usul tersebut ke parlemen.

Zelenskyy, yang belum mendukung usul tersebut secara terbuka, mengatakan pada 19 Desember bahwa ia ingin mendengar lebih banyak argumen untuk memobilisasi lebih banyak orang.

“Ini jumlah yang sangat serius,” katanya. [ka/ab]