Australia Deportasi Kolumnis Kontroversial Inggris Terkait Bualan Karantina 

Katie Hopkins addressing the 2018 TBG Conference. (Photo: Wikimedia/RoyalForce451)

Kolumnis ekstrem kanan Inggris Katie Hopkins dideportasi dari Australia, Senin (19/7), setelah ia membual di media sosial bahwa ia berencana akan melanggar aturan karantina negara itu.

Rencana pendeportasian Hopkins sebelumnya sempat diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Australia Karen Andrews.

Andrews mengatakan Hopkins akan dideportasi setelah membual di Instagram mengenai niatnya untuk melanggar aturan karantina. ''Memprihatinkan bahwa individu ini berperilaku seperti yang ia lakukan dan ia harus keluar dari sini,'' kata Andrews.

''Kami akan memulangkannya segera setelah kami dapat mengaturnya,'' tambah Andrews.

Hopkins melakukan perjalanan ke Australia untuk tampil dalam program televisi realitas dan berada di karantina hotel wajib selama 14 hari di Sydney sebelum syuting dimulai.

Penerbangannya ke Australia pekan lalu menimbulkan kemarahan setelah pemerintah mengurangi separuh jumlah warga negara Australia dan penduduk tetap yang diizinkan pulang setiap minggu menjadi 3.000 dalam upaya mengurangi risiko COVID-19 menyebar keluar dari karantina hotel. Lebih dari 34.000 warga Australia yang ingin pulang masih terdampar di luar negeri.

BACA JUGA: Melbourne, Sydney Terlihat Lengang Karena Lockdown

Dua kota terbesar Australia, Sydney dan Melbourne, memberlakukan lockdown untuk mengendalikan wabah virus corona yang disebabkan oleh varian Delta yang lebih menular.

Hopkins dideportasi dengan penerbangan komersial dari bandara Sydney Senin pagi (19/7), kata seorang pejabat pemerintah dengan syarat namanya dirahasiakan karena pejabat itu tidak berwenang untuk mengumumkan informasi tersebut.

Hopkins, yang juga menjadi terkenal karena komentar anti-Muslim dan antiimigrasinya, menggambarkan lockdown pandemi sebagai “tipuan terbesar dalam sejarah manusia''.

Kolumnis surat kabar Inggris Katie Hopkins (kiri) mendengarkan pidato pemimpin Partai Kemerdekaan Inggris (UKIP) Nigel Farage, (Tidak ada dalam gambar)di Konferensi Nasional UKIP di Doncaster Racecourse,Doncaster, Inggris utara, 25 September 2015. (AFP)

Pengikut media sosial Hopkins bertambah setelah Donald Trump sewaktu menjabat presiden, sering mencuitkan kembali apa yang diposkannya sebelum Twitter secara permanen memblokirnya pada Juni tahun lalu karena melanggar kebijakan antikebencian di platform itu.

Dalam video Instagram dari kamar hotelnya, ia mengatakan bahwa ia berencana akan menakut-nakuti staf yang membawa makanan ke pintu kamarnya dengan menghadapinya secara telanjang dan tanpa masker. Video itu sendiri saat ini sudah dihapus.

Andrews menggambarkan komentar Hopkins sebagai hal yang memalukan.

"Fakta bahwa ia di luar sana membual tentang pelanggaran karantina sangat memprihatinkan," kata Andrews. “Itu adalah tamparan di wajah semua warga Australia yang saat ini mematuhi lockdown. Itu perilaku yang tidak dapat diterima.”

Seven Network dan Endemol Shine Australia, dua perusahaan produksi di balik program Big Brother VIP di mana Hopkins akan tampil, mengatakan pada hari Minggu bahwa kontraknya dibatalkan.

“Seven dan Endemol Shine mengecam keras komentarnya yang tidak bertanggung jawab dan sembrono sewaktu menjalani karantina hotel,'' kata perusahaan itu dalam pernyataan bersama mereka. [ab/uh]