Australia, Rabu (25/3), mengecam China karena telah secara resmi mendakwa seorang penulis Australia keturunan Tionghoa melakukan tindakan mata-mata sewaktu wabah virus corona merebak di berbagai penjuru dunia.
Yang Hengjun ditangkap setibanya di China dari New York pada Januari 2019 bersama istrinya, Yuan Xiaoliang, dan putri tirinya yang berusia 14 tahun.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan, pemerintahnya sangat keberatan dengan munculnya berita-berita bahwa China telah secara resmi mendakwa pejuang demokrasi sekaligus novelis yang karya-karyanya banyak menyoroti dunia spionase itu.
“Krisis adalah saat di mana negara-negara bersatu. Ini bukanlah sikap yang saling menghormati dan saling percaya, bila advokasi kami yang berlanjut untuk Doktor Yang tidak diakui,” kata Payne dalam sebuah pernyataan.
China telah menolak memberi Australia akses ke Yang sejak 30 Desember karena alasan wabah COVID-19. Payne mengatakan, permohonan Australia untuk melakukan kontak via telepon dan secara tertulis ke Yang juga telah ditolak.
“Ini perlakuan yang tidak bisa diterima warga Australia,” kata Payne.
Kondisi kesehatan yang buruk khususnya membuat penulis itu rentan terhadap COVID-19. Australia telah meminta pertimbangan kemanusiaan diberlakukan pada kasus Yang, kata Payne.
“Kami sangat menyesali bahwa telah lebih dari setahun permohonan kami diabaikan. Doktor Yang tidak mendapat akses ke pengacara dan telah ditahan dalam kondisi buruk yang membahayakan kesehatan fisik dan mentalnya,” tegas Payne.
Australia meminta pembebasan segera Yang, serta meminta agar China mengizinkan Yang meninggalkan China dan kembali ke Australia bersama istrinya. [ab/uh]