Warga negara asing yang bepergian dari China tidak diizinkan kembali ke Australia setidaknya hingga 22 Februari mendatang. Larangan yang semula berlaku untuk dua pekan saja itu telah diperpanjang hingga tujuh hari lagi, dan mencegah kedatangan ribuan mahasiswa China yang kuliah di berbagai perguruan tinggi Australia.
Restriksi itu juga melarang para pengunjung China memasuki Australia pada masa liburan musim panas yang biasanya ramai.
Industri pariwisata di Australia meyakini dampak finansial virus korona akan lebih buruk daripada kerugian yang ditimbulkan oleh krisis kebakaran hutan.
Warga Australia keturunan China menyatakan mereka menghadapi sikap bermusuhan yang kian meningkat baik daring maupun secara langsung sejak wabah itu merebak. Sebagian telah menyatakan di media sosial bahwa mereka khawatir akan keselamatan mereka. Seorang anak lelaki dilaporkan diganggu di sekolah oleh murid-murid lain yang menuntut agar ia menjalani pemeriksaan virus korona.
Pejabat kesehatan tertinggi Australia, Brendan Murphy mengatakan diskriminasi itu tidak dapat diterima sama sekali.
BACA JUGA: Khawatirkan Korona, Australia Perpanjang Masa Larangan BerkunjungMurphy menyatakan sangat prihatin mengenai xenophobia atau ketakutan terhadap orang-orang asing. Tidak ada penularan virus dari komunitas di Australia. Tidak ada alasan bagi masyarakat untuk mengenakan masker, atau menghindari orang lain, lanjutnya.
Jumlah pasien pengidap virus korona yang dikukuhkan di Australia tercatat masih 15 orang. Enam pasien telah sembuh.
Dua pesawat berisi warga Australia yang diterbangkan dari pusat penyebaran virus di Wuhan masih dikarantina di Pulau Christmas di Samudra India dan di sebuah kamp tambang yang tidak dipakai lagi di dekat kota Darwin.
Tidak ada pasien pengidap virus korona yang didiagnosis di antara mereka yang dikarantinakan itu. [uh/ab]