Para pemimpin beberapa negara Eropa, termasuk Eropa tengah, mendesak Uni Eropa agar membentuk "mekanisme korektif" untuk mengatasi apa yang mereka sebut sebagai ketimpangan distribusi vaksin di blok 27 negara itu.
Kanselir Austria Sebastian Kurz menerima rekan-rekannya dari Ceko, Bulgaria dan Slovenia di Wina, Selasa (16/3), sementara rekan dari Latvia dan Kroasia bergabung melalui konferensi video. Mereka menekankan poin yang telah disampaikan pekan lalu.
Para pemimpin itu mengatakan bahwa, meskipun Uni Eropa telah menyetujui distribusi vaksin berdasarkan per kapita, beberapa negara telah menerima jauh lebih banyak daripada negara lain.
BACA JUGA: Mengapa Sejumlah Negara Menghentikan Penggunaan Vaksin COVID-19 AstraZeneca?Kurz mengatakan bahwa beberapa negara anggota mungkin dapat memvaksinasi populasinya pada pertengahan Mei tetapi negara lain mungkin membutuhkan waktu hingga 10 minggu lebih lama, dan, menurutnya, "akan menyebabkan ketegangan di dalam Uni Eropa dan tidak akan dipahami oleh orang Eropa." Ia menambahkan, negara-negara sudah menghubungi Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Charles Michel, dan berharap ada solusi.
Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov mengatakan pemilu akan digelar di negaranya pada 4 April. Ia berharap vaksinasi bisa dilakukan sebelum itu supaya "orang bisa memberikan suara dengan tenang."
Kanselir Austria juga mengatakan dia berharap ada "klarifikasi" dari Badan Kesehatan Eropa setelah Austria memutuskan, atas saran pakar negara mereka, untuk tidak menangguhkan vaksin AstraZeneca.
Penggunaan vaksin produksi AstraZeneca telah ditangguhkan di banyak negara karena ada penerima vaksin yang melaporkan mengalami penggumpalan darah yang berbahaya.[ka/lt]