Azerbaijan dan otoritas etnis Armenia di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri telah mencapai kesepakatan gencatan senjata, Rabu (20/9), sehari setelah Azerbaijan meluncurkan apa yang disebutnya sebagai operasi “antiteroris.”
Kesepakatan itu, yang diperantarai pasukan penjaga perdamaian Rusia, menyerukan agar pasukan separatis melucuti senjata dan pasukan Armenia mundur dari wilayah tersebut.
Otoritas Azerbaijan dan perwakilan etnik Armenia di wilayah itu juga dijadwalkan mengadakan pembicaraan hari Kamis (21/9) di kota Yevlakh, Azerbaijan, mengenai masa depan daerah tersebut.
Dewan Keamanan PBB juga dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat mengenai situasi di sana hari Kamis.
Pihak berwenang Armenia mengatakan pertempuran tersebut, yang berlangsung hingga Rabu, menewaskan sedikitnya 32 orang dan mencederai lebih dari 200 lainnya.
Kekerasan itu mendorong munculnya seruan internasional bagi perdamaian, termasuk dari Rusia dan Paus Fransiskus pada hari Rabu.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian segera pertempuran dan agar semua pihak berfokus pada berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian jangka panjang di kawasan itu, kata juru bicaranya dalam sebuah pernyataan.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara melalui telepon pada hari Selasa dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan PM Armenia Nikol Pashinyan.
Blinken mengatakan kepada Aliyev bahwa tidak ada solusi militer dan bahwa Azerbaijan serta etnik Armenia di Nagorno-Karabakh “harus memulai dialog untuk menyelesaikan perbedaan yang masih ada.”
Sebuah pernyataan dari kantor Aliyev mengatakan bahwa operasi akan dihentikan jika orang-orang Armenia meletakkan senjata mereka.
Dalam percakapan teleponnya dengan Pashinyan, Blinken mengatakan AS “mendukung penuh kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Armenia,” kata Departemen Luar Negeri AS.
Azerbaijan mengatakan pihaknya melancarkan operasinya sebagai tanggapan atas ledakan ranjau darat yang menewaskan empat tentara dan dua warga sipil di wilayah itu.
Wilayah Nagorno Karabakh seluruhnya berada di dalam Azerbaijan tetapi populasinya sebagian besar adalah etnik Armenia dan telah berada di bawah kontrol etnik Armenia sejak 1994. Sebagian wilayah itu telah direbut kembali oleh Azerbaijan setelah perang pada tahun 2020. Pasukan penjaga perdamaian Rusia ditempatkan di wilayah itu. [uh/ab]