Militer Azerbaijan pada Rabu (20/9) menggempur beberapa daerah di Nagorno-Karabakh, wilayah yang dikuasai etnik Armenia, di tengah-tengah seruan internasional agar menghentikan permusuhan.
Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu mengatakan pasukan penjaga perdamaiannya di wilayah itu telah mengevakuasi lebih dari 2.000 orang sejak Azerbaijan meluncurkan apa yang disebutnya operasi “antiteroris” pada Selasa.
Paus Fransiskus menggunakan sebagian dari audiensi mingguannya untuk menyerukan semua pihak agar “membungkam senjata mereka dan melakukan semua upaya untuk menemukan solusi damai.”
Sekjen PBB Antonio Guterres menyerukan penghentian segera pertempuran dan agar semua pihak berfokus pada berbagai upaya untuk mewujudkan perdamaian jangka panjang di kawasan itu, kata juru bicaranya dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Rusia pada Rabu mendesak semua pihak untuk “menghentikan permusuhan dan menghilangkan korban sipil.”
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Menteri Luar Negeri Antony Blinken berbicara melalui telepon pada hari Selasa dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan PM Armenia Nikol Pashinyan.
Blinken mengatakan kepada Aliyev bahwa tidak ada solusi militer dan bahwa Azerbaijan serta etnik Armenia di Nagorno-Karabakh “harus memulai dialog untuk menyelesaikan perbedaan yang masih ada.”
Sebuah pernyataan dari kantor Aliyev mengatakan bahwa operasi akan dihentikan jika orang-orang Armenia meletakkan senjata mereka.
Dalam percakapan teleponnya dengan Pashinyan, Blinken mengatakan AS “mendukung penuh kedaulatan, kemerdekaan, dan integritas teritorial Armenia,” kata Departemen Luar Negeri AS.
BACA JUGA: Azerbaijan Lancarkan Serangan Mematikan di Nagorno-KarabakhPihak separatis mengatakan 27 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya cedera setelah Azerbaijan memulai operasinya pada hari Selasa.
Azerbaijan mengatakan pihaknya melancarkan “operasi antiteroris” sebagai tanggapan atas ledakan ranjau darat yang menewaskan empat tentara dan dua warga sipil di wilayah itu.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat mengenai situasi di sana pada Kamis (21/9).
Wilayah Nagorno Karabakh seluruhnya berada di dalam Azerbaijan, tetapi populasinya sebagian besar adalah etnik Armenia dan telah berada di bawah kontrol etnik Armenia sejak 1994. Sebagian wilayah itu telah direbut kembali oleh Azerbaijan setelah perang pada tahun 2020. Pasukan penjaga perdamaian Rusia ditempatkan di wilayah itu. [uh/ab]