Babi Akan Jadi Hewan Peliharaan Jelang Imlek, Pecinta Hewan Khawatir

Anak-anak perempuan bermain-main dengan babi berukuran mini, sebuah hewan peliharaan langka di negara itu, di awal perayaan Tahun Baru Imlek, 1 Februari 2019 di Lucky Chinatown Plaza, Manila, Filipina (foto: AP Photo/Bullit Marquez)

Tahun Baru Imlek dengan Tahun Babi Emas yang dimulai pada Selasa, mengkhawatirkan para pecinta hewan babi di Taiwan. Mereka khawatir bahwa masyarakat yang ingin memelihara seekor anak babi di rumah untuk keberuntungan, dapat menyebabkan gelombang penelantaran babi di kemudian hari.

Anita Chen, yang mengelola forum media sosial untuk pemilik babi peliharaan dan memiliki dua babi peliharaan di rumahnya di Taipei, mengatakan hal pertama yang harus dipertimbangkan pemilik ketika memelihara babi adalah kebebasan dan fleksibilitas.

Babi peliharaannya yang bernama ‘Xin-xin’ dan ‘Mei-mei’ memiliki kecerdasan anak berusia 5 tahun dan dapat membuka segala sesuatu, mulai dari lemari es hingga pintu dan laci. Mereka juga sering kali mencabik-cabik semua yang ada di dalamnya yang membuat pemiliknya yang baru tiba di rumah terkejut.

“Anak babi sangat hampir tidak dapat dipisahkan dari pemiliknya, mereka akan terus mengeluarkan suara untuk memaksamu bermain atau memberinya makan,” kata Chen. Ia juga menambahkan bahwa banyak pemilik yang kewalahan dan menelantarkan anak babi peliharaannya hanya dalam beberapa bulan.

Pengunjung di sebuah peternakan peliharaan di utara kota Taoyuan tampak menikmati saat-saat mereka memberi susu kepada anak-anak babi di kandang, dan banyak juga yang ingin membawa babi-babi itu pulang.

“Kami tidak menyarankan ini karena mereka adalah hewan ternak,” kata pemilik peternakan Yang San-guei.

Babi Bama, jenis yang paling sering dipelihara sebagai hewan peliharaan di Taiwan mungkin terlihat kecil dan lucu ketika muda, tetapi mereka dapat tumbuh hingga 60 kg, ujar Yang.

Tetapi jika ada pengunjung yang tidak keberatan, Yang mengatakan ia bersedia menjual seekor anak babi seharga 3,000 NTD (New Taiwan Dollar) atau sekitar Rp 1.360.650. Anak babi lainnya akan dijual ke pasar ketika kandangnya sudah tidak mampu menampung mereka.

Dokter hewan Chang Chien-ming menyarankan siapa pun yang ingin, untuk melakukan penelitian menyeluruh kepada babi demi menghindari kejutan yang tidak menyenangkan.

“Sehingga mereka tahu seberapa besar babi ini dapat tumbuh dan menemukan rumah sakit hewan yang memadai dan mendidik diri mereka sendiri tentang aspek medis dan gizi,” kata Chang.

Dia mengatakan dia juga melihat semangat baru masyarakat untuk menjadikan babi sebagai hewan peliharaan selama setahun terakhir.

Klinik hewan yang mau merawat babi sulit ditemukan, kata Chang, dimana hanya satu dari seratus yang bersedia menerima babi sebagai pasien.

Banyak pemilik juga segera menyadari bahwa memiliki babi sebagai hewan peliharaan akan mengganggu rencana liburan mereka. Hotel hewan peliharaan tidak menerima babi.

Babi yang ditelantarkan di Taiwan lebih sulit untuk menemukan rumah baru daripada kucing atau anjing.

Tempat penampungan yang didanai secara swadaya oleh masyarakat tidak menerima babi karena mereka tidak diklasifikasikan sebagai hewan peliharaan, menyerahkannya kepada pecinta hewan atau tempat penampungan pribadi untuk membawanya. [er/ww]