Topan ekstratropis di Brazil selatan menimbulkan banjir di beberapa kota. Sedikitnya 27 orang tewas dan lebih dari 1.600 orang kehilangan tempat tinggal, kata pihak berwenang, Rabu (6/9).
Lebih dari 60 kota dilanda badai sejak Senin malam. Gubernur Rio Grande do Sul, Eduardo Leite, mengatakan jumlah korban tewas adalah yang tertinggi di negara bagian itu akibat peristiwa terkait iklim.
Upaya penyelamatan, Rabu, diperluas lebih jauh ke barat dengan helikopter dikerahkan ke Lembah Rio Pardo. Fokus tim SAR sejauh ini di sekitar Lembah Taquari, sekitar 150 kilometer barat laut ibu kota negara bagian Porto Alegre, tempat sebagian besar korban dan kerusakan tercatat.
Hujan lebat diperkirakan masih akan turun di wilayah tengah-selatan negara bagian itu, namun kemungkinan tidak di wilayah yang paling parah terimbas. Pihak berwenang, Rabu, memberi tiga peringatan banjir untuk sungai Jacui, Cai dan Taquari.
Tayangan TV menunjukkan keluarga-keluarga di atas rumah, memohon bantuan sementara sungai meluap. Beberapa daerah terputus seluruhnya setelah jalan-jalan lebar berubah menjadi sungai yang berarus deras.
Menurut Leite, 15 kematian terjadi dalam satu rumah di Mucum, kota berpenduduk sekitar 50.000 jiwa. Begitu badai berlalu, tayangan TV menunjukkan seekor kambing tergantung di kabel listrik – indikasi seberapa tinggi air banjir.
Banyak korban meninggal akibat sengatan listrik atau terjebak di dalam kendaraan, menurut laporan situs berita online G1.
Balai Kota Mucum menyarankan agar warga menyiapkan pasokan untuk memenuhi kebutuhan mereka selama 72 jam ke depan.
Rio Grande do Sul dilanda topan ekstratropis lainnya pada Juni, menewaskan 16 orang dan menyebabkan kehancuran di 40 kota. Banyak dari mereka berada di sekitar Porto Alegre. [ka/jm]