Badut Tanpa Batas Hibur Anak-anak Pengungsi Suriah

Badut Lebanon Sabine Choucair, anggota "Clowns Without Borders," tampil menghibur anak-anak di kamp pengungsi Suriah di Chtoura, di lembah Bekaa, Lebanon. (AP/Bilal Hussein)

Bagi anak-anak pengungsi, para badut untuk sementara mengalihkan perhatian mereka dari kenyataan mengerikan yang mereka lihat dan tantangan hidup jauh dari rumah.
Anak-anak Suriah duduk terdiam saat melihat para badut keluar dalam pakaian polkadot berwarna-warni dan bretel, kemudian tawa mereka meledak saat salah satu dari penampil itu menendang kakinya ke udara setelah mendengar bunyi trombon.

Salah satu dari badut itu menyetem gitar sambil berjalan di atas jangkungan. Yang lain, dengan wajah dicat raut muka sedih, melakukan aksi tangan dengan tiga bola putih ke udara dengan latar belakang tenda di sebuah kamp di Lebanon.

Untuk sekitar 50 orang anak yang hadir saat itu, semuanya pengungsi dari perang saudara di Suriah, para badut untuk sementara mengalihkan perhatian mereka dari kenyataan mengerikan yang mereka lihat dan tantangan hidup jauh dari rumah. Mereka ada di antara lebih dari satu juta warga Suriah yang membanjiri Lebanon dalam tiga tahun terakhir, pergi dari perang yang mengoyak tanah air mereka.

Salah satu penampil, Sabine Choucair, mengatakan menjadi badut penghibur adalah hal terbaik yang dapat dilakukan untuk orang-orang yang mengungsi dari daerah perang "yang tidak merasa aman, yang tidak merasa bahagia dan merasa takut."

"Saya kira satu-satunya filosofi di belakang ini adalah untuk bersenang-senang," ujarnya.

Pertunjukan 45 menit di sebuah kamp di Bar Elias, di Lembah Bekaa, Lebanon, diberikan oleh Clowns Without Borders, atau Badut Tanpa Batas, sebuah kelompok kemanusiaan internasional yang menggunakan tawa untuk membantu mereka yang menderita trauma akibat konflik bersenjata.

Kelompok-kelompok bantuan mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan sekitar 2,7 juta pengungsi yang pergi dari Suriah, sebagian besar dari mereka perempuan dan anak-anak. Dengan sumber daya yang terbatas, menyediakan makanan, tempat tinggal dan keperluan mendasar lainnya seringkali menjadi prioritas sebelum penyembuhan sesuatu yang tidak terlalu terlihat seperti luka psikologis.

Namun bagi beberapa pengungsi, tersenyum dan tertawa terbahak-bahak adalah bagian penting dari penyembuhan.

"Orang-orang bertanya, 'Apakah jadi badut berguna? Haruskan kita menghabiskan uang untuk membadut?' Saya lihat pertunjukan hari ini dan mengatakan 'ya'," ujar David Clay, 34, seorang sukarelawan yang bergabung bersama Choucair, Claudio Martinez dari Chili dan sesama warga Amerika, Luz Gaxiola.

"Dalam situasi-situasi krisis, mudah sekali untuk lupa tertawa," ujar Clay.

Di Haiti, tempat ia bekerja secara sukarela dengan Badut Tanpa Batas setelah gempa hebat pada 2010, tawa membantu menyembuhkan bahkan mereka yang mengalami trauma terbesar, ujar Clay, menggambarkan bagaimana para dokter kesulitan selama berbulan-bulan untuk menjangkau anak-anak yang sangat terguncang karena bencana itu, sementara para badut bisa mendekati mereka dalam beberapa menit.

"Saya pernah ada di rumah-rumah sakit di mana anak-anak begitu terguncang sampai tidak dapat berbicara atau bereaksi terhadap apa pun. Kami datang dan untuk pertama kalinya mereka tertawa," ujarnya.

Di Bar Elias, pertunjukan itu sangat digemari, dengan anak-anak yang bertepuk tangan dengan semangat pada setiap akhir atraksi. Ketika para badut menyelesaikan pertunjukan dan mencoba membereskan peralatan mereka, anak-anak meminta mereka bergabung dalam tarian spontan.

"Kami biasanya hanya mendengar suara rudal, granat dan perang," ujar Amina Umm Said, 40, seorang Palestina keturunan Suriah yang menonton acara itu. "Kami perlu festival-festival semacam ini untuk mendorong ketakutan dari hati dan pikiran kami."

Bilal al-Sharqawi, seorang anak pemalu berusia 10 tahun dari Daraa, kota di sebelah selatan Suriah di mana pemberontakan dimulai, dengan malu-malu mengatakan pertunjukan itu membawa kegembiraan.

"Hari ini lebih baik dari kemarin. Hari ini ada badut. Kemarin kita hanya bermain sepakbola," ujarnya. (AP)