Malam sebelum ujian pegawai negeri China, Melody Zhang dengan cemas mondar-mandir di koridor asramanya, mempersiapkan jawabannya. Baru ketika dia kembali ke kamarnya dia menyadari bahwa dia telah menangis sepanjang waktu.
Zhang berharap bisa memulai karier di bidang propaganda negara setelah melamar lebih dari 100 pekerjaan di industri media tanpa hasil. Dengan rekor 2,6 juta orang yang memasukkan lamaran untuk 39.600 pekerjaan pemerintah di tengah krisis pengangguran pemuda, dia juga tidak berhasil lolos.
“Kami dilahirkan di era yang salah,” kata lulusan Universitas Renmin terkemuka yang berusia 24 tahun itu.
“Tidak ada lagi yang peduli dengan impian dan ambisi mereka di tengah krisis ekonomi. Pencarian pekerjaan tanpa henti adalah sebuah siksaan,” katanya.
Krisis kepercayaan terhadap perekonomian menghambat konsumen untuk berbelanja. Dunia usaha juga terhalang melakukan perekrutan dan investasi, yang dapat mengikis potensi ekonomi jangka panjang China.
Perekonomian China tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun lalu, lebih besar dibandingkan sebagian besar negara maju. Namun, bagi lulusan universitas yang belum mendapatkan pekerjaan, pemilik properti yang merasa terbebani karena nilai apartemen mereka menurun, dan pekerja dengan penghasilan lebih rendah dari tahun sebelumnya, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini terasa seperti sedang mengalami penurunan.
Zhu Tian, profesor ekonomi di China Europe International Business School di Shanghai, mengatakan definisi teks buku tentang resesi – perekonomian yang mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut – seharusnya tidak berlaku untuk negara berkembang yang menginvestasikan sekitar 40 persen dari keluaran (output) eknominya setiap tahun, dua kali lipat tingkat investasi Amerika Serikat (AS).
“Kita berada dalam resesi,” kata Zhu. “Jika Anda berbicara dengan 10 orang, tujuh orang akan mengatakan kita mengalami tahun yang buruk.”
BACA JUGA: China Alami Salah Satu Tahun dengan Pertumbuhan Terburuk Sejak 1990"Saya kira pemerintah tidak mampu melakukan hal itu. Hal ini tidak bisa berlangsung selamanya," katanya, sambil mendesak lebih banyak langkah stimulus untuk memutus apa yang bisa menjadi "lingkaran setan" dari rendahnya kepercayaan diri yang akan mempengaruhi generasi muda yang memasuki pasar kerja di tahun ini
Hilangnya Aspirasi
Lebih dari satu dari empat dari sekitar 100 juta warga China berusia 16-24 tahun menganggur pada Juni, data terakhir sebelum para pejabat menghentikan pengangguran tersebut. China kembali mempublikasikan data tersebut pada Rabu, dengan tidak memasukkan mahasiswa ke dalam data tersebut, dan menempatkan pengangguran kaum muda sebesar 14,9 persen pada Desember. Generasi Z China adalah generasi yang paling pesimistis di antara semua kelompok umur, menurut survei.
Mereka yang mendapatkan pekerjaan memperoleh penghasilan lebih rendah dari yang mereka harapkan karena dunia usaha memangkas biaya sebagai respons terhadap buruknya permintaan domestik. Perekrut Zhaopin menemukan rata-rata gaji yang ditawarkan perusahaan di 38 kota terbesar di China turun 1,3 persen dibandingkan tahun lalu pada kuartal keempat.
Untuk negara dengan ekonomi yang berkembang sekitar 60 kali lipat dalam dolar sejak tahun 1980-an, ini merupakan pergeseran historis. Keberhasilan tersebut sebagian besar dicapai melalui investasi besar-besaran dalam manufaktur dan infrastruktur, tetapi model tersebut mulai menghasilkan lebih banyak utang daripada pertumbuhan sekitar satu dekade yang lalu, dengan total pinjaman kini mencapai tingkat yang sulit diatasi oleh China.
Sementara itu, China melatih siswanya untuk pekerjaan berketerampilan tinggi di sektor jasa dibandingkan pekerjaan di pabrik atau konstruksi. Lemahnya konsumsi rumah tangga dan peraturan yang ketat terhadap industri keuangan, teknologi dan pendidikan mengurangi peluang mereka.
Janice Zhang, 34 tahun, telah bekerja di industri teknologi hingga akhir tahun 2022 ketika ia berhenti untuk menangani keadaan darurat keluarga, yakin bahwa ia dapat dengan mudah menemukan pekerjaan baru mengingat pengalamannya dan pendidikan di AS.
Namun Zhang hanya menemukan posisi pemasaran media sosial, di mana dia diharapkan bekerja selama 15 jam, jadi dia berhenti setelah bekerja beberapa saat.
Keadaan perekonomian membuatnya merasa seperti “butir pasir di pantai,” tidak mampu mengendalikan nasibnya sendiri, katanya.
Krisis Properti
Vincent Li, pemilik kedai kopi kelas atas di Shanghai, menerima pukulan beruntun yang katanya membuatnya tersingkir dari kelas menengah.
Ketika masyarakat China memangkas pengeluaran, mereka lebih memilih kopi yang lebih murah. Dan dua apartemen yang dibelinya seharga 4 juta yuan ($558.612) pada 2017 di pulau turis Hainan belum menarik minat untuk menyewa atau membeli dalam tiga tahun terakhir.
“Pasar properti sudah jenuh,” kata Li.
Di China, 96 persen dari sekitar 300 juta rumah tangga perkotaan memiliki setidaknya satu apartemen pada 2019, menurut data bank sentral terbaru. Sepertiga memiliki dua, dan sepersepuluh memiliki lebih banyak.
Sekitar 70 persen tabungan rumah tangga diinvestasikan pada properti.
Di beberapa kota, apartemen telah kehilangan dua pertiga nilainya sejak penurunan pasar real estat dimulai pada 2021, kata sejumlah agen properti, sehingga membuat pemiliknya merasa kurang kaya dan memangkas pengeluaran mereka.
Sektor properti, yang menyumbang sekitar seperempat aktivitas ekonomi pada puncaknya, kini dipandang sebagai ancaman utama bagi upaya China untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah.
Bukan hanya kebijakan dalam negeri yang berdampak pada kehidupan di China. Ketegangan diplomatik dengan negara-negara Barat mengenai Taiwan, Ukraina, dan Laut China Selatan telah berkontribusi terhadap defisit investasi asing yang pertama kali terjadi di negara ini.
BACA JUGA: Terbuka untuk Bisnis, PM China Ajak Kerja Sama GlobalBadan-badan perdagangan telah mengeluarkan peringatan terkait serbuan terhadap konsultan dan perusahaan penilaian risiko serta larangan keluar, di antara masalah-masalah lainnya.
Pembatasan teknologi AS terhadap China menghalangi konsultan David Fincher di Shanghai untuk melakukan bisnis di bidang semikonduktor unggulan, sehingga menghalangi sumber pendapatan utama.
Dia sedang mempertimbangkan untuk pindah ke luar negeri, karena khawatir akan terjadi lebih banyak ketegangan diplomatik atau perubahan peraturan baru dari Beijing yang dapat membuat bisnisnya tidak dapat dipertahankan.
“Anda merasa seperti lobster di dalam panci,” kata Fincher. "Airnya semakin panas dan Anda hanya duduk saja di sana,” ujarnya. [ah/ft]