Livi Zheng (25 tahun) sutradara film laga Hollywood “Brush with Danger” hari Selasa (10/11) mengunjungi kampus Universitas Islam Indonesia dan Universitas Negeri Yogyakarta untuk promosi filmnya. Livi juga berbagi pengalaman meraih cita-cita menjadi sutradara film Hollywood.
Sebelumnya Livi berbicara di forum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) dan sejumlah kampus perguruan tinggi di Jakarta dan sekitarnya. Untuk meraih cita-cita, menurut Livi, yang terpenting jangan pernah menyerah. Livi menambahkan, skenario yang ditulisnya pernah ditolak hingga 32 kali, sebelum akhirnya lolos dan diproduksi menjadi “Brush with Danger”.
Sejak usia empat tahun Livi sudah berlatih olahraga Wushu dan mendapatkan juara nasional dan internasional. Lulus SMP ia pindah ke Beijing dan melanjutkan SMA di sana, kemudian melanjutkan pendidikan strata satu (S1) Jurusan Ekonomi di Universitas Washington di Seattle dan strata dua (S2) perfilman di Universitas Southern California. Saat ini Livi cuti kuliah untuk promosi filmnya.
“Di Hollywood itu tidak banyak orang Asia dan masih didominasi oleh laki-laki. Tapi saya tetep yakin pada cita-cita saya ini karena menurut saya kesuksesan itu awalnya dari keyakinan. Selanjutnya saya ketemu seorang executive producer di sekolah Kung Fu, saya ditolak 32 kali,” tutur Livi.
Livi menambahkan film “Brush with Danger” diilhami kisah hidup temannya asal Ethiopia yang melarikan diri ke Amerika untuk menghindari perang di negaranya. Film itu mengisahkan petualangan penuh bahaya kakak dan adik, petarung dan pelukis, yang diperankan oleh Livi dan adiknya Ken Zheng, yang pindah ke kota Seattle dengan menumpang kapal kargo.
“Teman saya dari Ethiopia yang melarikan diri dari perang. Untuk ke Amerika itu dia sendiri, untuk sekolah aja uangnya nggak cukup. Jadi dia mesti cari beasiswa, mesti mencari kerja akhirnya dia bisa sukses dan saya lihat di Amerika itu kan gudangnya imigran. Banyak sekali anak-anak yang jadi dan sukses dan bahkan orangtuanya pun tidak lancar berbicara Bahasa Inggris. Itu buat aku inspirasi banget, terus aku bikin film tentang imigran gelap di Amerika,” paparnya.
Gurubesar Fakultas Hukum UII, Prof. Mahfud M.D. yang mendorong Livi datang ke Yogyakarta mengatakan, banyak anak muda Indonesia memiliki potensi luar biasa tetapi terhambat untuk berkembang karena birokrasi pemerintah. Sekarang sudah mendesak dilakukan pembinaan anak muda berpotensi secara lebih jelas dan terarah.
“Livi ini tidak menunggu pemerintah. Dia ini bekerja sendiri dengan kemampuannya sendiri sehingga saya katakan kalau anak muda punya semangat seperti ini alangkah majunya Indonesia ini. Kalau generasi mudanya sudah punya sikap mandiri, bekerja keras, tidak pernah putus asa sampai berhasil maka saya mendorong ini agar diperkenalkan kepada anak-anak muda di kampus-kampus,” kata Mahfud.
Untuk memajukan industri film di Indonesia, Livi Zheng mendorong para sineas mengikut-sertakan film mereka pada berbagai festival film internasional. Ia juga mengusulkan agar bioskop di Indonesia ditambah.
“Kalau layar di Indonesia bisa ditambah bakal OK banget. Karena Indonesia penduduknya sekitar 250 juta ya, itu layar kita cuma sekitar seribu. Sedangkan Korea yang tidak sebesar Indonesia itu layarnya 2-ribu. Menurut saya, kalau misalnya bisa tambah layar Indonesia itu bakal ok banget. Para film makers pasti senang, karena sebagai seniman kita itu harus mempertunjukkan karya kita ke publik. Jadi ada wadah buat itu dan bagi masyarakat pastinya banyak hiburan”.
Film “Brush with Danger” akan diputar perdana secara serentak di bioskop berbagai kota di Indonesia pada tanggal 26 November 2015. Pemutaran perdana di Jakarta, akan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. [ms/em]